Penulis : Aldila Winzariski Rahmawati,
Muhammad Sanhaji.
The Ops!
Kembali ke Siung!
Waktu : Sabtu-Minggu, 6-7 April
2013.
Lokasi : Pantai Siung, Tepus,
Gunung Kidul, Yogyakarta.
Peserta : The A Team!
PO : Awang Darmawan.
Sukses menjalani operasional minggu pertama, tim
Tebing melanjutkan selangkah lagi proses dalam rangkaian TC FUD yang
berkepanjangan ini. Apalagi kalau bukan operasional kedua. Berbeda kondisi
dengan operasional pertama kemarin yang dilaksanakan di tebing baru yang
sebelumnya belum pernah kami panjat, kali ini kami akan pergi ke sebuah tempat
yang sangat familiar: Pantai Siung. Sebenarnya, dalam jadwal operasional, jatah
tempat yang tertera untuk kami jamah untuk minggu kedua adalah Nglanggeran.
Akan tetapi, Awang Kabid Ganteng The
Gifted Duren and Solo Man (astaga, panjang amat gelarnya) memutuskan
memindah lokasi during dengan beberapa pertimbangan. Pertama, menurut
ingatannya, di Nglanggeran hanya ada satu jalur yang mungkin kami panjat dengan
kemampuan kami sekarang. Karena harus bergantian memakai jalur dengan target snapping dan lead yang lumayan memakan waktu,
kemungkinan bosan melanda tampak di depan mata. Kedua, memang ada jalur lain
yang baru dibuat, namun jalur tersebut cukup sulit untuk mengejar target kami. Akhirnya, Siung
dipilihnya dengan alasan ada banyak jalur yang tersedia dengan berbagai tingkat
kesulitan. Selain itu, apabila jalur yang kita inginkan sudah terlebih dahulu
dipakai orang, kita bisa dengan mudah pindah ke jalur lain.
Seperti halnya ritme sebuah operasional, kami
memulainya dengan serombongan kegiatan pre.
Selasa sore kami sudah bersiap untuk jogging
keliling GSP bersama anggota keluarga Palapsi yang lain. Hmm, ada hal yang
sangat aku syukuri dari kesepakatan awal FUD di tim Tebing: jogging tetap lima putaran sejak awal
sampai akhir proses TC. Ya, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang harus
selalu menambah jumlah putaran setiap dua minggu sekali. Hal ini membuatku
cukup bersemangat menghadapi jogging
kali ini. Sayangnya, cuaca hari itu sedang tidak bersahabat. Hujan turun, dan
atas instruksi Pak PO, kami menyelesaikan paket menu super lengkap yang terdiri
dari sit up, push up, back up di GSP
bersama tim Air (tim Gunung sepertinya mengganti jogging dengan naik-turun tangga di Gedung K, tim Gua kurang tahu).
Setelah hujan cukup reda, kami melanjutkan step
up-step down kemudian melaksanakan menu yang cukup berhasil mengasarkan telapak
tangan kami yaitu moving. Semoga
dengan moving kami bisa move on dari ke-pait-an masing-masing, amin *ups. Barbel, jinjit, rolling, dan shuttle run sudah
menunggu kami di sekret. Seolah itu semua belum cukup, masih ada menu harian pull up
tiga puluh lima kali.
Jogging dilaksanakan keesokan paginya. Kami sepakat
berkumpul di GSP jam enam tepat. Walaupun mengganti jadwal, ternyata jogging
pagi itu tetap ramai karena tim Air dan Gua juga ikut. Mendengar tim Air ada
kegiatan renang di salah satu sesi latihannya, kali itu tercetus untuk membuat
kegiatan pre yang menarik dan lain
daripada yang lain: main layangan. Alasannya, sekalian belajar menengadahkan
kepala dan melatih respon seperti pada saat belay.
Ide yang cukup menggiurkan, tapi konyol juga. Tambahan, gara-gara ada kelas
pagi dan kakiknya terkilir, si Kadiv Arma, berhalangan mengikuti acara bersama
ini. Ia menyusul jogging sepulang
kuliah. Agenda hari itu dilanjutkan dengan boulder-an
sore harinya. Pada saat latihan, tiba-tiba ada rekan-rekan dari Panta Rhei
(Mapala Filsafat UGM) yang datang berkunjung. Mengobrol sebentar, kami latihan
lagi setelah mereka pulang. Kamis, briefing
dilaksanakan di depan PAUD dengan kondisi hujan semi banjir. Briefing berjalan lancar sampai pada
poin bantingan. Urusan kantong memang selalu miris, apalagi dengan keputusan
uang bantingan sebesar empat puluh ribu rupiah plus tabungan yang membuat kami
senam dompet. Awalnya, kami akan melanjutkan latihan. Berhubung hujan, akhirnya
kami malah kumpul tim dipimpin Kadiv, dengan bahasan perubahan menu latihan,
lokasi simulasi, dan perombakan jadwal. Gelap mulai turun, kemudian kami
latihan sistem cleaning serta snapping di depan kantin. Jumat, seperti
biasa kami packing dengan keadaan
sekret yang kacau dan berisik karena semua divisi dan barang-barang yang akan
dibawa operasional tumpah ruah menyesaki ruangan yang hanya berukuran empat
kali lima setengah meter itu.
Sabtu pagi kami siap berangkat! Aku yang menjabat
pos transportasi girang bisa mengatur list
transportasi, mengingat trauma dibawa Aji rock
and roll ria di jalanan minggu sebelumnya belum sembuh benar. Arma sebagai leader, Arif-aku di tengah, lalu
Aji-Awang sebagai sweeper. Perjalanan
terasa sangat lama karena memang lokasi Siung cukup jauh. Untunglah, tidak ada
insiden apapun, hanya motorku perlu diisi sedikit angin di sekitar Jalan Solo. Sesampainya
di sana, kami BR sebentar dengan Mbak Wati sang basecamper, kemudian langsung ke TKP untuk meninjau jalur. Wah, hari
itu semua jalur kosong, seluruh Siung rasanya hanya milik kami berlima. Saat
mempersiapkan alat, datang seorang bapak bersama rekannya. Beliau ternyata
sedang survei lokasi untuk outing
sebuah SMA bulan depan. Ngobrol ngalor-ngidul,
tiba-tiba beliau berpesan bahwa kami harus selalu hati-hati dalam menjaga
tingkah serta perkataan di manapun. “Sama-sama ngomong mbokya yang bagus, daripada nantinya kenapa-kenapa.” Oke Pak, siap!
Pemanjatan dimulai. Tiga pendekar panjat kami
Arma, Aji, dan Arif berkutat di jalur Raimuna. Target mereka lead. Pada momen ini, aku merasa...
‘wow’. Takjub dan kagum *lebai. Aji dan Arif sudah belajar melakukan pemanjatan
lead di operasional kedua TC. Kedua,
para pembaca sekalian yang budiman. Pemanjatan mereka cukup lancar, hanya ada
sedikit insiden yang cukup mengejutkan. Pertama, waktu Arma selesai cleaning
dan talinya tersangkut di prusik top sehingga tidak bisa ditarik ke bawah
dengan lancar. Mau tak mau, ia harus memanjat ulang untuk melepas prusik
tersebut. Kedua, ketika Aji mendapat giliran manjat. Sampai di hanger dua menuju hanger tiga, ia
kehilangan pegangan sehingga wusss... jatuh dengan posisi kepala di bawah. Arif
kurang sigap, ending-nya Aji dan Arif
seperti gendong-gendongan *NN. Untungnya Aji tidak trauma dan tetap semangat
menjalani pemanjatan selanjutnya., walaupun menurut sang subjek jatuh yang tadi
itu rasanya “...seperti kiamat, jantung rasanya mau copot, antara takut, seru,
keren, pokoknya rock and roll,
hehe...” Setelah terjatuh, masih ada
lagi kejadian yang tidak kalah menghebohkan, kejadiannya ketika Aji lupa
memasang figure eight ketika akan cleaning. Padahal, akibatnya bisa sangat
fatal jika belum terpasang, apabila terjatuh tentu tak tertolong lagi. Alhamdulillah tidak terjadi hal yang
buruk berkat Awang yang mengingatkan Aji.
Sementara itu, aku yang memang kemampuannya masih
di bawah mereka kebagian target snapping
jalur Too Easy. Sebelumnya, Awang me-lead
jalurku tersebut. Pemanjatanku berjalan cukup lambat karena masih belum lancar
memasukkan tali ke carabiner.
Kadang-kadang talinya terbalik. Tambahan, aku sedang berhalangan pada waktu
itu, jadi staminaku drop, jauh dari
biasanya. Untungnya, dengan suntikan semangat dari tim, aku bisa menyelesaikan target
snapping lima kali dalam waktu...
seharian penuh *hiks. Tapi tetap bahagia, karena itu adalah pertama kalinya aku
muncak Too Easy lewat jalur yang seharusnya, bukan mlipir lewat jalur tetangga. Ada kejadian cukup bodoh juga, ketika
aku menyelesaikan pemanjatan ketiga. Begitu menginjak tanah, aku baru menyadari
aku tidak mengenakan helm. Yang lain mengira aku memakai helm, eh setelah dicek
di kamera ternyata memang tidak *jangan ditiru!
Selesai manjat, kami kemudian menyegarkan jiwa
raga kami dengan bermain di pantai. Sayang rasanya jika sudah jauh-jauh ke
Siung tapi tidak menikmati pantainya. Arma bermain air, aku dan Aji
menyempatkan diri membaca fotokopian materi karena Senin ada ujian *ckckck,
lalu ada Awang yang mengawang-awang. Mungkin ia resah karena tidak menemukan
sinyal, mengingat kehidupan asmaranya yang sangat mulus bagaikan jalan tol *ups.
Keseruan dilanjutkan dengan membuat video serta foto keluarga kami yang pertama
sebagai tim. Malam harinya kami memasak bersama. Menu kali ini adalah soto yang
berisi kubis, bihun, taoge, serta bakso, dengan lauk telur goreng. Konsumsi
lupa membawa minyak goreng, untunglah Mbak Wati sang basecamper bersedia membagi minyak secukupnya *terima kasih.
Setelah dibagi-bagi, ternyata masing-masing dari kami mendapatkan porsi sangat
dewa. Makan secepatnya, agenda kami lanjutkan dengan evaluasi, briefing teknis, serta building team. Kali ini building team lebih membahas tentang
hubungan kami satu sama lain, tentunya agar setiap anggota tim mengenal lebih
dalam anggota yang lain dan membuat tim ini semakin kompak!
Paginya, rencana kami bangun pukul lima berantakan
karena hampir semuanya bangun terlambat. Tapi ya sudahlah, kami langsung
memasak menu kubis tumis entahlah. Makanan saat operasional memang sering asal
dibuat sesuai dengan ide yang muncul saat itu, namun ajaibnya rasanya selalu
saja enak. Selesai masak, kami bersiap menuju tebing untuk melakukan pemanjatan.
Jalur Sarapan alias Pacaran adalah target kami untuk hari ini. Oh ya, jalur
yang kemarin kami pakai, hari ini dipanjat oleh rekan-rekan dari UNS.
Arip, Arma, dan Aji lagi-lagi sukses melaksanakan
pemanjatan lead mereka. Targetku
hanya memuncaki jalur tersebut. Sayangnya, aku gagal menyelesaikan target
karena kondisi tubuh. Awang sendiri memang benar-benar pantas dijuluki Gifted Man, dia snapping dan lead dengan
amat sangat lancar dan cepat. Syukurlah, tidak ada insiden yang berpotensi
fatal akibatnya. Setelah istirahat di tengah hari, kami pindah menuju jalur
Iruka yang letaknya di belakang jalur Kuda Laut. Untuk mencapai lokasinya, kami
harus turun melewati bentukan seperti gua sebelum akhirnya sampai. Pemandangan
pantai yang kami dapatkan dari sana betul-betul indah. Akan tetapi, tiba-tiba
gerimis melanda. Kami langsung menyingkirkan alat ke pinggiran tebing yang
cukup aman dari hujan. Awalnya, kami masih akan melanjutkan pemanjatan. Tapi
begitu melihat pemandangan pantai yang tadinya cerah, dengan garis cakrawala
jelas terlihat, berubah menjadi gelap karena awan bergerak makin lama makin
dekat. Air hujan turun membuat air laut seperti beriak-riak dari kejauhan.
Acara berubah menjadi truth or truth
dengan kedok building team *selalu.
Berhubung hujan tak jua reda, PO memutuskan untuk menyudahi rencana manjat.
Jadi, kami kembali ke warung Mbak Wati dan malah makan siang sekalian di sana
sebelum pulang.
Perjalanan pulang berjalan cukup lancar walaupun
hujan deras. Awang dan Aji sempat tertinggal jauh karena menunggu Arif dan aku,
dikiranya tersasar. Arma kurang berhati-hati dalam memosisikan poncoku yang dia
kenakan, sampai-sampai keseluruhan bagian belakang ponco tersampir ke satu sisi
dan ujungnya terbabat habis oleh ban. Untung saja hal tersebut hanya membuahkan
bonus bentukan mirip jubah Haloween,
bukannya tertarik lalu terjadi hal-hal lain yang lebih membahayakan. Arif
sendiri sempat menerobos lampu merah. Lagi-lagi hal yang perlu dievaluasi untuk
masalah perjalanan.
Kami sampai di sekret dengan keadaan kedinginan
total, juga mendapati kenyataan bahwa tim kami hampir selalu pulang operasional
paling akhir. Cuci alat berlangsung cepat dan efisien, kemudian kami
melaksanakan evaluasi yang membangun untuk operasional berikut yang lebih baik.
Dengan target-target yang sejauh ini telah kami capai, kami merasakan adanya
perubahan. Skill baru, semangat baru.
Ya, Siung yang sudah biasa kami kunjungi itu seolah mengubah kami menjadi
sebuah tim yang baru. Old Siung, brand new us. Begitulah cerita
operasional kali ini, sekian dan terima kasih.
Keep moving on and NEVER GIVE UP!
Ditulis dengan bahan tambahan dari ‘Tulisan Tanpa Judul’ milik Muhammad
Sanhaji.