Tuesday, April 16, 2013

Cerita Ops #2 : Old Siung, Brand New Us.





Penulis : Aldila Winzariski Rahmawati, Muhammad Sanhaji.

The Ops!
Kembali ke Siung!
Waktu   : Sabtu-Minggu, 6-7 April 2013.
Lokasi   : Pantai Siung, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Peserta  : The A Team!
PO        : Awang Darmawan.

Sukses menjalani operasional minggu pertama, tim Tebing melanjutkan selangkah lagi proses dalam rangkaian TC FUD yang berkepanjangan ini. Apalagi kalau bukan operasional kedua. Berbeda kondisi dengan operasional pertama kemarin yang dilaksanakan di tebing baru yang sebelumnya belum pernah kami panjat, kali ini kami akan pergi ke sebuah tempat yang sangat familiar: Pantai Siung. Sebenarnya, dalam jadwal operasional, jatah tempat yang tertera untuk kami jamah untuk minggu kedua adalah Nglanggeran. Akan tetapi, Awang Kabid Ganteng The Gifted Duren and Solo Man (astaga, panjang amat gelarnya) memutuskan memindah lokasi during dengan beberapa pertimbangan. Pertama, menurut ingatannya, di Nglanggeran hanya ada satu jalur yang mungkin kami panjat dengan kemampuan kami sekarang. Karena harus bergantian memakai jalur dengan target snapping dan lead yang lumayan memakan waktu, kemungkinan bosan melanda tampak di depan mata. Kedua, memang ada jalur lain yang baru dibuat, namun jalur tersebut cukup sulit  untuk mengejar target kami. Akhirnya, Siung dipilihnya dengan alasan ada banyak jalur yang tersedia dengan berbagai tingkat kesulitan. Selain itu, apabila jalur yang kita inginkan sudah terlebih dahulu dipakai orang, kita bisa dengan mudah pindah ke jalur lain.

Seperti halnya ritme sebuah operasional, kami memulainya dengan serombongan kegiatan pre. Selasa sore kami sudah bersiap untuk jogging keliling GSP bersama anggota keluarga Palapsi yang lain. Hmm, ada hal yang sangat aku syukuri dari kesepakatan awal FUD di tim Tebing: jogging tetap lima putaran sejak awal sampai akhir proses TC. Ya, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang harus selalu menambah jumlah putaran setiap dua minggu sekali. Hal ini membuatku cukup bersemangat menghadapi jogging kali ini. Sayangnya, cuaca hari itu sedang tidak bersahabat. Hujan turun, dan atas instruksi Pak PO, kami menyelesaikan paket menu super lengkap yang terdiri dari sit up, push up, back up di GSP bersama tim Air (tim Gunung sepertinya mengganti jogging dengan naik-turun tangga di Gedung K, tim Gua kurang tahu). Setelah hujan cukup reda, kami melanjutkan step up-step down kemudian melaksanakan menu yang cukup berhasil mengasarkan telapak tangan kami yaitu moving. Semoga dengan moving kami bisa move on dari ke-pait-an masing-masing, amin *ups. Barbel, jinjit, rolling, dan shuttle run sudah menunggu kami di sekret. Seolah itu semua belum cukup, masih ada menu harian pull up tiga puluh lima kali.

Jogging dilaksanakan keesokan paginya. Kami sepakat berkumpul di GSP jam enam tepat. Walaupun mengganti jadwal, ternyata jogging pagi itu tetap ramai karena tim Air dan Gua juga ikut. Mendengar tim Air ada kegiatan renang di salah satu sesi latihannya, kali itu tercetus untuk membuat kegiatan pre yang menarik dan lain daripada yang lain: main layangan. Alasannya, sekalian belajar menengadahkan kepala dan melatih respon seperti pada saat belay. Ide yang cukup menggiurkan, tapi konyol juga. Tambahan, gara-gara ada kelas pagi dan kakiknya terkilir, si Kadiv Arma, berhalangan mengikuti acara bersama ini. Ia menyusul jogging sepulang kuliah. Agenda hari itu dilanjutkan dengan boulder-an sore harinya. Pada saat latihan, tiba-tiba ada rekan-rekan dari Panta Rhei (Mapala Filsafat UGM) yang datang berkunjung. Mengobrol sebentar, kami latihan lagi setelah mereka pulang. Kamis, briefing dilaksanakan di depan PAUD dengan kondisi hujan semi banjir. Briefing berjalan lancar sampai pada poin bantingan. Urusan kantong memang selalu miris, apalagi dengan keputusan uang bantingan sebesar empat puluh ribu rupiah plus tabungan yang membuat kami senam dompet. Awalnya, kami akan melanjutkan latihan. Berhubung hujan, akhirnya kami malah kumpul tim dipimpin Kadiv, dengan bahasan perubahan menu latihan, lokasi simulasi, dan perombakan jadwal. Gelap mulai turun, kemudian kami latihan sistem cleaning serta snapping di depan kantin. Jumat, seperti biasa kami packing dengan keadaan sekret yang kacau dan berisik karena semua divisi dan barang-barang yang akan dibawa operasional tumpah ruah menyesaki ruangan yang hanya berukuran empat kali lima setengah meter itu.

Sabtu pagi kami siap berangkat! Aku yang menjabat pos transportasi girang bisa mengatur list transportasi, mengingat trauma dibawa Aji rock and roll ria di jalanan minggu sebelumnya belum sembuh benar. Arma sebagai leader, Arif-aku di tengah, lalu Aji-Awang sebagai sweeper. Perjalanan terasa sangat lama karena memang lokasi Siung cukup jauh. Untunglah, tidak ada insiden apapun, hanya motorku perlu diisi sedikit angin di sekitar Jalan Solo. Sesampainya di sana, kami BR sebentar dengan Mbak Wati sang basecamper, kemudian langsung ke TKP untuk meninjau jalur. Wah, hari itu semua jalur kosong, seluruh Siung rasanya hanya milik kami berlima. Saat mempersiapkan alat, datang seorang bapak bersama rekannya. Beliau ternyata sedang survei lokasi untuk outing sebuah SMA bulan depan. Ngobrol ngalor-ngidul, tiba-tiba beliau berpesan bahwa kami harus selalu hati-hati dalam menjaga tingkah serta perkataan di manapun. “Sama-sama ngomong mbokya yang bagus, daripada nantinya kenapa-kenapa.” Oke Pak, siap!

Pemanjatan dimulai. Tiga pendekar panjat kami Arma, Aji, dan Arif berkutat di jalur Raimuna. Target mereka lead. Pada momen ini, aku merasa... ‘wow’. Takjub dan kagum *lebai. Aji dan Arif sudah belajar melakukan pemanjatan lead di operasional kedua TC. Kedua, para pembaca sekalian yang budiman. Pemanjatan mereka cukup lancar, hanya ada sedikit insiden yang cukup mengejutkan. Pertama, waktu Arma selesai cleaning dan talinya tersangkut di prusik top sehingga tidak bisa ditarik ke bawah dengan lancar. Mau tak mau, ia harus memanjat ulang untuk melepas prusik tersebut. Kedua, ketika Aji mendapat giliran manjat. Sampai di hanger dua menuju hanger tiga, ia kehilangan pegangan sehingga wusss... jatuh dengan posisi kepala di bawah. Arif kurang sigap, ending-nya Aji dan Arif seperti gendong-gendongan *NN. Untungnya Aji tidak trauma dan tetap semangat menjalani pemanjatan selanjutnya., walaupun menurut sang subjek jatuh yang tadi itu rasanya “...seperti kiamat, jantung rasanya mau copot, antara takut, seru, keren, pokoknya rock and roll, hehe...” Setelah terjatuh, masih ada lagi kejadian yang tidak kalah menghebohkan, kejadiannya ketika Aji lupa memasang figure eight ketika akan cleaning. Padahal, akibatnya bisa sangat fatal jika belum terpasang, apabila terjatuh tentu tak tertolong lagi. Alhamdulillah tidak terjadi hal yang buruk berkat Awang yang mengingatkan Aji.
Sementara itu, aku yang memang kemampuannya masih di bawah mereka kebagian target snapping jalur Too Easy. Sebelumnya, Awang me-lead jalurku tersebut. Pemanjatanku berjalan cukup lambat karena masih belum lancar memasukkan tali ke carabiner. Kadang-kadang talinya terbalik. Tambahan, aku sedang berhalangan pada waktu itu, jadi staminaku drop, jauh dari biasanya. Untungnya, dengan suntikan semangat dari tim, aku bisa menyelesaikan target snapping lima kali dalam waktu... seharian penuh *hiks. Tapi tetap bahagia, karena itu adalah pertama kalinya aku muncak Too Easy lewat jalur yang seharusnya, bukan mlipir lewat jalur tetangga. Ada kejadian cukup bodoh juga, ketika aku menyelesaikan pemanjatan ketiga. Begitu menginjak tanah, aku baru menyadari aku tidak mengenakan helm. Yang lain mengira aku memakai helm, eh setelah dicek di kamera ternyata memang tidak *jangan ditiru!

Selesai manjat, kami kemudian menyegarkan jiwa raga kami dengan bermain di pantai. Sayang rasanya jika sudah jauh-jauh ke Siung tapi tidak menikmati pantainya. Arma bermain air, aku dan Aji menyempatkan diri membaca fotokopian materi karena Senin ada ujian *ckckck, lalu ada Awang yang mengawang-awang. Mungkin ia resah karena tidak menemukan sinyal, mengingat kehidupan asmaranya yang sangat mulus bagaikan jalan tol *ups. Keseruan dilanjutkan dengan membuat video serta foto keluarga kami yang pertama sebagai tim. Malam harinya kami memasak bersama. Menu kali ini adalah soto yang berisi kubis, bihun, taoge, serta bakso, dengan lauk telur goreng. Konsumsi lupa membawa minyak goreng, untunglah Mbak Wati sang basecamper bersedia membagi minyak secukupnya *terima kasih. Setelah dibagi-bagi, ternyata masing-masing dari kami mendapatkan porsi sangat dewa. Makan secepatnya, agenda kami lanjutkan dengan evaluasi, briefing teknis, serta building team. Kali ini building team lebih membahas tentang hubungan kami satu sama lain, tentunya agar setiap anggota tim mengenal lebih dalam anggota yang lain dan membuat tim ini semakin kompak!

Paginya, rencana kami bangun pukul lima berantakan karena hampir semuanya bangun terlambat. Tapi ya sudahlah, kami langsung memasak menu kubis tumis entahlah. Makanan saat operasional memang sering asal dibuat sesuai dengan ide yang muncul saat itu, namun ajaibnya rasanya selalu saja enak. Selesai masak, kami bersiap menuju tebing untuk melakukan pemanjatan. Jalur Sarapan alias Pacaran adalah target kami untuk hari ini. Oh ya, jalur yang kemarin kami pakai, hari ini dipanjat oleh rekan-rekan dari UNS.

Arip, Arma, dan Aji lagi-lagi sukses melaksanakan pemanjatan lead mereka. Targetku hanya memuncaki jalur tersebut. Sayangnya, aku gagal menyelesaikan target karena kondisi tubuh. Awang sendiri memang benar-benar pantas dijuluki Gifted Man, dia snapping dan lead dengan amat sangat lancar dan cepat. Syukurlah, tidak ada insiden yang berpotensi fatal akibatnya. Setelah istirahat di tengah hari, kami pindah menuju jalur Iruka yang letaknya di belakang jalur Kuda Laut. Untuk mencapai lokasinya, kami harus turun melewati bentukan seperti gua sebelum akhirnya sampai. Pemandangan pantai yang kami dapatkan dari sana betul-betul indah. Akan tetapi, tiba-tiba gerimis melanda. Kami langsung menyingkirkan alat ke pinggiran tebing yang cukup aman dari hujan. Awalnya, kami masih akan melanjutkan pemanjatan. Tapi begitu melihat pemandangan pantai yang tadinya cerah, dengan garis cakrawala jelas terlihat, berubah menjadi gelap karena awan bergerak makin lama makin dekat. Air hujan turun membuat air laut seperti beriak-riak dari kejauhan. Acara berubah menjadi truth or truth dengan kedok building team *selalu. Berhubung hujan tak jua reda, PO memutuskan untuk menyudahi rencana manjat. Jadi, kami kembali ke warung Mbak Wati dan malah makan siang sekalian di sana sebelum pulang.

Perjalanan pulang berjalan cukup lancar walaupun hujan deras. Awang dan Aji sempat tertinggal jauh karena menunggu Arif dan aku, dikiranya tersasar. Arma kurang berhati-hati dalam memosisikan poncoku yang dia kenakan, sampai-sampai keseluruhan bagian belakang ponco tersampir ke satu sisi dan ujungnya terbabat habis oleh ban. Untung saja hal tersebut hanya membuahkan bonus bentukan mirip jubah Haloween, bukannya tertarik lalu terjadi hal-hal lain yang lebih membahayakan. Arif sendiri sempat menerobos lampu merah. Lagi-lagi hal yang perlu dievaluasi untuk masalah perjalanan.

Kami sampai di sekret dengan keadaan kedinginan total, juga mendapati kenyataan bahwa tim kami hampir selalu pulang operasional paling akhir. Cuci alat berlangsung cepat dan efisien, kemudian kami melaksanakan evaluasi yang membangun untuk operasional berikut yang lebih baik. Dengan target-target yang sejauh ini telah kami capai, kami merasakan adanya perubahan. Skill baru, semangat baru. Ya, Siung yang sudah biasa kami kunjungi itu seolah mengubah kami menjadi sebuah tim yang baru. Old Siung, brand new us. Begitulah cerita operasional kali ini, sekian dan terima kasih.

Keep moving on and NEVER GIVE UP!

Ditulis dengan bahan tambahan dari ‘Tulisan Tanpa Judul’ milik Muhammad Sanhaji.







No comments:

Post a Comment