Tuesday, October 28, 2014

Eyes, Nose, Lips - Tablo.

You left me paralyzed, no cure, no rehab for me
Funny that you got the nerve to keep asking me
how I’ve been.
You’re the victor in this pageantry
but the only trophy you deserve, catastrophe.
I’d rather we be dead to each other
no eulogies said for each other
no “rest in peace”s
the memories got my chest in pieces.

I’m praying that your eyes are the first to go
the way they looked when you smiled
the way they opened and closed
and your nose, every single breath against my neck
and then your lips, every empty promise made and said.
Please fade, fade to black
please fade, fade to black
but the nightmares come back.

Because your eyes, nose, lips
every look and every breath
every kiss still got me dying
uh, still got me crying.

Because your eyes, nose, lips
every look and every breath
every kiss still got me dying
uh, still got me crying.

Forget a promenade, let’s juggernaut,
down memory lane, leave no thought alive
to the slaughter house, I’m taking my pain.
Time to sever my brain from my heart and soul
my knees are burning hot, but God is cold.

I’ve been told, one day you’ll know
too much of heaven’s a sin.
After the show, it’s only hell that it brings
so take it slow and let time heal everything.
They say that time flies, but you keep breaking its wings.
You’ll never fade, fade to black
please fade, fade to black
but the nightmares come back.

You wish me well
you wish me well
I wish you hell.

I never want to look into your eyes again
no, I never want to hear you breathe again.
Let me go, let me go
Baby, tell me that it’s the end.

Fade out.

Enam Tahun.

Jendela berdebu
membatasi temu
antara mata dan padang lamunan yang berkarat lewat jumpa.

Garis waktu
menandai seteru
antara dendam selaras luka yang menguapi perkara.

Menunggu turunnya maaf
serupa senja tanpa ujung
belum meluapkan
kerikil kebencian tak terbendung.


Yogyakarta, 14-151014.

Thursday, October 16, 2014

Anyway, yang bikin kata-katanya aku lho :D


Nganggur di kelas Intervensi, iseng bikin quote, terus dibikinin gambar sama Febrian Bagus Pratama.

Thursday, October 9, 2014

Selamat Ulang Tahun, F.

Ada sesuatu tentangmu yang tak akan pernah aku mengerti. Matamu. Dua mata lonjong dan menonjol, beserta coraknya yang cokelat kelewat muda. Nyaris jingga, terang benderang. Memesona sekaligus membutakan. Lalu kau melengkapinya dengan sepasang pandangan yang selalu berpaling. Pantang menatap.

Di sisi lain, aku adalah pemilik dua mata bulat dan lebar. Keduanya terlihat semakin lebar karena tak ada lipatan kelopak yang menghalangi pandangan. Sepasang mata berwarna cokelat sangat tua hingga hampir menghitam. Tajam, dalam, dan kelam. Selalu penuh tanya dan rahasia.

Aku ingin menatap mereka, sekali saja. Memaafkannya.

...

Kamu bisa memandang langit di atas kita sebagai langit. Titik. Tanpa ada hal-hal yang perlu dipikirkan, diresapi, dibingungkan. Sementara itu, aku tak pernah melihat langit apa adanya. Aku merasa, mencampurkan imajinasi, melukiskan metafora. Pada akhirnya langit memang tetap langit yang sama, hanya saja kita tak pernah memaknainya dengan cara yang sama.

Aku dan kamu berbeda. Dan pertemuan kita, seperti dua dinding yang ditabrakkan begitu saja.


Yogyakarta, 061014.

Wednesday, October 8, 2014

Rutinitas.

Kita berpindah
dari satu kotak ke kotak lain
memburu waktu yang terhirup dari udara palsu
dan layar kaku
bingar dan pengap menjadi satu
berteman suara kantuk, terbatuk
membunuhi jemu.


Yogyakarta, 081014.

Kelas Asing.

Dunia Lain,
sudah tersudut
tanpa
lelaki tua berperut bola
mencabiki kalimat-kalimat belum usai.

Kuharap jari tengahnya teracung dalam mati.


Yogyakarta, 081014.