Kadang-kadang muncul ketakutan kalau suatu saat itu, ketika kami dipertemukan, hal yang 'salah' adalah penghargaan. Menari dan menulis untukku, misalnya. Bagaimana jika ia tidak peduli aku bisa menari? Bagaimana jika ia tak mau tahu seperti apa kata-kata yang telah kurangkai dan kutulis?
Ah, dan ya, soal gelap. Mungkin kami akan berebut saklar setiap sebelum tidur.
Saturday, August 23, 2014
Konstelasi Lima Belas Mei.
Sebuah janji tak boleh dirobek Malam, bukan? Maka detik itu juga ia memacu peluh menuju sudut yang belum pernah ia jamah, mendekat. Memastikan siapa yang ia lihat.
"Aku menawarkan kehangatan," ucap sosok gelap itu tanpa diminta.
"Kau cukup dingin untuk udara kali ini," sanggahnya pelan. Menepiskan sendiri harapan yang ia kerap tiupkan. Ia tahu, kecewa jelas bukan hidangan yang nikmat untuk ditelan maupun dijelaskan.
Keempat mata mereka yang sempat bertemu sekilas kini saling menghindar. Berpura tak peduli. Sayangnya, jauh di dalam raga, ada jiwa yang tak mampu didustai.
Mantingan, 230814.
"Aku menawarkan kehangatan," ucap sosok gelap itu tanpa diminta.
"Kau cukup dingin untuk udara kali ini," sanggahnya pelan. Menepiskan sendiri harapan yang ia kerap tiupkan. Ia tahu, kecewa jelas bukan hidangan yang nikmat untuk ditelan maupun dijelaskan.
Keempat mata mereka yang sempat bertemu sekilas kini saling menghindar. Berpura tak peduli. Sayangnya, jauh di dalam raga, ada jiwa yang tak mampu didustai.
Mantingan, 230814.
Saturday, August 16, 2014
Surat.
Lewat nadiku desir berpesan.
Tertiup, berangan tersampaikan.
Bersama diam terkuci rapat.
Menjaganya detik demi detik, menjauhkan retak dan karat.
Suatu waktu, Sang Hati menulis sendiri...
(Masih) dalam rangkaian Tujuh Belas.
Gladi H-1 Halo PRK.
G-100.
Yogyakarta, 160814.
Tertiup, berangan tersampaikan.
Bersama diam terkuci rapat.
Menjaganya detik demi detik, menjauhkan retak dan karat.
Suatu waktu, Sang Hati menulis sendiri...
(Masih) dalam rangkaian Tujuh Belas.
Gladi H-1 Halo PRK.
G-100.
Yogyakarta, 160814.
Friday, August 15, 2014
Tujuh Belas.
Ia tak sadar waktu-waktu yang sekian lama menguburnya bersama rahasia kini menyeruak...
Untuk ia, dua buah potongan nama.
Yogyakarta, 150814.
Untuk ia, dua buah potongan nama.
Yogyakarta, 150814.
Ah ya, menjanjikan.
Setiap seketika terjaga, tanganku selalu mencari telepon genggam yang entah di bawah bantal, tertindih tubuh, atau tergeletak di lantai, kemudian mengecek waktu. Aktivitas selanjutnya adalah membuka kotak masuk, membaca pesan-pesan yang tiba di tengah tidur. Pesan-pesan yang biasa kulihat dan kubalas dengan separuh kesadaran yang sanggup kuusahakan.
Pagi ini aku panik.
Aku menjanjikan APA?!
Yogyakarta, 150814.
Pagi ini aku panik.
Aku menjanjikan APA?!
Yogyakarta, 150814.
Sunday, August 10, 2014
Memadamkan Bara.
mengerjap perih, membakar
tidak kosong, hanya tak lagi bersisa
jadi berhentilah melakukan hal-hal tak sepadan
kalau 'segalanya' sudah bermakna benda
dan kau terlalu peduli sampai lelah sendiri
Pelatihan Medis.
Sekolah Vokasi SV-205.
Yogyakarta, 100814.
tidak kosong, hanya tak lagi bersisa
jadi berhentilah melakukan hal-hal tak sepadan
kalau 'segalanya' sudah bermakna benda
dan kau terlalu peduli sampai lelah sendiri
Pelatihan Medis.
Sekolah Vokasi SV-205.
Yogyakarta, 100814.
Getir, dan Nyaris-Nyaris yang Lain.
tanganmu terjaga
memuntahkan aksara-aksara tak tertata
berpadu pola-pola geometris yang tak mampu kupahami
lalu aku sadar kau terbang
bermain waktu
untuk akhirnya mematahkan sendiri sayapmu
Pelatihan Medis.
Sekolah Vokasi SV-205.
Yogyakarta, 100814.
memuntahkan aksara-aksara tak tertata
berpadu pola-pola geometris yang tak mampu kupahami
lalu aku sadar kau terbang
bermain waktu
untuk akhirnya mematahkan sendiri sayapmu
Pelatihan Medis.
Sekolah Vokasi SV-205.
Yogyakarta, 100814.
Monday, August 4, 2014
Fakta Setahun Ditimpa Fiksi Sehari.
“Kalau aku menolak?”
mataku melintasi mie dok-dok rebus yang mengepul panas di meja.
“Wah ini kan amanah,
apa iya kamu mau mengecewakan orang-orang yang sudah memberi kepercayaan
terhadapmu?”
Diplomatis dan sedikit menjebak.
Tak seorangpun mengira, setahun ke depan hidupku ditentukan percakapan tengah
malam di sebuah burjo.
*
Job
description Divisi Jurnalistik: Bertanggung jawab
terhadap publikasi kegiatan Palapsi dalam berbagai kegiatan rutin jurnalistik,
bertanggung jawab terhadap pemberdayaan SDM dalam hal jurnalistik,
berkoordinasi dengan Kabid Penunjang dan semua bidang di Palapsi yang
berhubungan dengan jurnalistik, dan bertanggung jawab terhadap informasi
non-digital Palapsi.
*
Beberapa minggu ini ia
tidur berteman laptop menyala. Seringkali ia tergeragap bangun, kemudian meraih
mesin persegi panjang itu begitu saja. Mengetik dipandu mimpi, melanjutkan
tulisan atau suntingan yang belum sempat ia selesaikan. Ketika ia sepenuhnya
terjaga, hal pertama yang tertangkap mata adalah seperangkat bahan prakarya.
Artinya, ada aksi potong dan tempel yang menantinya.
*
Aku cukup gemas pada
orang-orang yang menolak menulis bahkan sebelum mereka mencobanya. Lebih-lebih,
mereka yang mengulur tenggat dengan alasan malas atau lupa. Reward? Tak terlalu ada gunanya—hanya
barang-barang kecil yang berharga sepersepuluh uang saku harian mereka—mampu
mereka beli dengan mudah. Akhirnya teror “setor tulisan” kuberlakukan. Aku
menyebutnya “pemaksaan yang dilegalkan”.
*
Produk Jurnalistik secara
umum terbagi menjadi dua fungsi, internal dan eksternal. Produk internal dalam
bentuk mading bertujuan untuk menginformasikan kegiatan Palapsi pada mahasiswa
di Gedung K, mengingat pusat perkuliahan ini jauh dari sekretariat. Sementara
itu, buletin sebagai produk eksternal sejatinya merupakan sarana menggaungkan
kegiatan Palapsi di kalangan sesama organisasi kepecintaalaman, dengan
pertimbangan jarangnya kami berkunjung ke markas mapala lain.
*
Tidak adil. Mereka
bilang, semua divisi di bidangnya berhak memberdayakan seluruh SDM yang
tersedia. Realita yang mengemuka justru ketimpangaan. Semua orang akan
menyingsingkan lengan, mengorbankan waktu, tenaga, pikiran sampai jauh malam,
berhari-hari, sampai membolos juga, jika rupiah adaalah tujuannya. Akan tetapi,
sedikit sekali orang yang dengan sukarela dan senang hati mengetik tulisan
singkat tentang sebuah event yang
barusan berlalu, padahal hal itu hanya makan waktu sepuluh menit tanpa potongan
penghasilan.
*
Bagus.
Aku suka kok. Yah, 4 dari 5 lah... NGU! cerita suatu sore
dengan apresiasi seorang senior dari jauh.
*
Belakangan ia mengaku
sering menjumpai sebuah kotak. Sepertinya tak baru, namun rasa asing terus
menyerbu. Apalagi kemudian dilihatnya tumbuh sebuah kaki besar berbulu dan bau
dari dasarnya. Kaki itu menendang-nendang. Bahwa jarinya tujuh atau delapan,
tak lagi ada bedanya.
*
Aku dibesarkan aksara
dan kata-kata di antara ketinggian Tebing. Di sana, pasti ada masa-masa ketika
senja telah turun mendahului keinginanku untuk memuncaki sebuah jalur.
Sayangnya, tak ada kesempatan lagi untuk mencobanya esok hari. Operasional
telah berakhir...
Mantingan, 080814.
Subscribe to:
Posts (Atom)