Thursday, February 28, 2013

Hari Ini di Hadapan Tuhan, Kamu Menyeduh Kopi untuk Menghangatkan Hatiku.


Aku tidak pandai menciptakan jarak.
Kamu bisa membaca ketakutan-ketakutanku.
Kalau waktu tergesa berderak.
Sedang keberanian belum cukup menyanggaku.
Bagaimana hari demi hari bergerak.
Atau imajinasi saja yang berlaku.

Di pelukmu ia berhenti berdetak.
Pada matamu ia bersatu.

Yogyakarta, 23-289213.

Obstinasi Berkelanjutan.


Perubahan-perubahan yang bergejolak terlalu cepat.
Sekarang aku benar-benar tersesat.

Yogyakarta, 280213.

Logika Cinta.


Bagaimana dua gelas yang kosong bisa saling mengisi?
Bagaimana dua gelas yang penuh bisa tidak saling menumpahkan?

Yogyakarta, 280213.

Thursday, February 21, 2013

Kemarin.

Tanpa dinyana, kejutan demi kejutan berebutan ingin menutup sisa malam.

Membuat bintang dan langit penyangganya terlupakan.
Memaksa kecepatan dan fokus jalanannya diabaikan.

Sibuk menata jarak, membangun kekakuan.
Biar dingin terlalu beku, lantas lekas tamat.

Padahal dalam hati aku meresapkan setiap doa dari hujan yang merintik sore sebelumnya.
Lalu berharap ia bahagia untuk lusa dan selamanya.

Yogyakarta, 210213.

Wednesday, February 20, 2013

Hari Ini, Kata 'Mengerti' Menohokku dengan Telak.

Aku mengalah.
Mengaku kalah.
Tapi bukan menyerah.

Lord knows how hard I try to find peace of mind inside,
from the demons in my head, hmm...
But still I'm gonna chase after my dreams, I'm gonna find out what it means,
to be the man mother always said I would be.
Free Your Mind-Victor King.

Suatu waktu aku akan mampu,
jika sekarang aku belum cukup mampu.

Suatu ketika aku akan bisa,
jika sekarang aku belum cukup bisa.

Suatu hari aku akan mengerti,
jika sekarang aku belum cukup mengerti.

Suatu saat aku akan layak dan pantas,
jika sekarang aku belum cukup layak dan pantas.


You told me yes, you held me high, and I believed when you told that lie.
I played soldier, you played king, you struck me down when I kissed that ring.
You lost that right to hold that crown, I build you up but you let me down.
So when you fall I'll take my turn, and fan the flames as your blazes burn!
Burn It Down-Linkin Park.

Oke, aku bisa menerima tulisan yang tertera di buku itu, Mantingan, 080213.
Aku tak akan kalian hina lagi, aku akan belajar dan berjuang!
EAT THAT!

Yogyakarta, 200213.

Ruang Lain : Ryanimay Conferido.


I want to see everything they've done in a better light. Even if i have to begin in darkness.

Leaving things behind .
And building with my own blocks.

A toast to a life of trump cards and secret weapons .

Bonus points and hidden passages.
Mystery and adventure.
Schemes and plot .
Hits and misses.
Congestion and traffic.
Honor and valor.
Friendship and network.
Time and progression.
Clocktick and ruin.
Inflation and paychecks.
Growth and wither.
Fatigue and stress.
Introduction and comebacks.
Hallways and doorways.
Stairways and freeways.
Rarity and parody.
Action and drama.
Flames and flings.
Farce and finale.

Appreciation and realization.

A toast to life. As i should've lived i .

Not in desire to be successful ...
But to be a success.

In that my parents can know this child has risen to be better than the blueprint .

Yogyakarta, 200213.

Camkan!

"Kamu bukan sampah yo. Tuhan nggak akan sia-siain kamu."
-Kelana Bayu Aji, 160213.

Manusia Berbagai Rupa dan Wajah Terbaiknya.

Kamu.

Kamu adalah bunglon,
kamu adalah manusia berbagai rupa.
Setiap kali bisa berubah,
tapi tetap kamu.
Dan aku selalu menunggu wajah terbaikmu,
seperti saat ini.

.

Tahu tidak, aku ingin mengambil gambar bersamamu,
sebuah potret yang berharga untuk seumur hidup.
Tapi aku tak pernah berhasil,
menemukan sedikitpun remah-remah keberanian.
Paling-paling aku 'mencuri' wajahmu dari kamera-kamera yang ada,
baik kameraku sendiri maupun milik orang lain.
Beberapa dari mereka bahkan tak jarang melakukannya untukku,
tanpa kuminta terlebih dalulu.

.

Ah,
suatu saat aku akan memberanikan diri.
Saat kamu mengenakan toga wisuda,
tanda studimu telah paripurna.
Kemudian saat kamu ada di pelaminan,
bersama mempelaimu di hari bahagiamu.

Yogyakarta, 19-200213.

Tuesday, February 19, 2013

Kamu.

Kamu adalah raksasa pemikir,
yang sehari-hari bergelut dengan titian metafora.

Kamu adalah kehidupan terpahit yang pernah kukecap,
tapi aku terus-menerus menghirupnya.
Kalaupun itu mematikan, 
walaupun itu membunuhku perlahan.

Kamu adalah penghuni kutub-kutub terujung di hatiku,
berlawanan, jauh.
Ada berbagai sisi yang kubenci,
sekaligus hal-hal lain yang menyulut kagum.

Kau telah menjadi kamu,
ataukah benar begitu?

Yogyakarta, 17-190213.

Friday, February 15, 2013

Fiksionari #2 : Eril.


2013.
Detik-demi detik berlalu dalam keheningan di dalam otakku seperti biasanya, padahal ruang empat kali lima setengah ini sedang penuh dengan hiruk-pikuk manusia. Mataku memandangi sekujur ruangan samar-samar. Tak ada yang bisa kulakukan, ujarku dalam hati, yang muncul dalam sebentuk gerakan mengangkat bahu sambil menarik napas dalam-dalam. Menghembuskannya perlahan dengan tampang jemu. Kubuka netbook butut merahku, memastikan kabel panjang nan berbelit ini menancap dengan benar ke sumber daya karena tanpanya ia tak bisa hidup. Begitu layar berukuran sepuluh koma satu inci memancarkan tanda-tanda kehidupan, kuketikkan sebaris alamat dengan kefasihan yang sangat.
Klik.
...

2012.
Eril.
Bukan Erik.
Eril.
Nama yang indah. Sekilas ia berima seperti earl, layaknya gelar pangeran yang disandang seorang bangsawan. Kadang-kadang aku memikirkan nama teh earl grey juga, walaupun tentu saja tanpa abu-abu di belakang namanya. Sebenarnya aku mengetahui nama lengkapnya, dan tak ada unsur ‘Eril’ di sana.  Entahlah bagaimana asal mulanya aku merangkai empat huruf tersebut lalu menyusunnya acak menjadi namanya. Yang jelas aku suka menyebutnya demikian.
Aku berkenalan dengan Eril kurang lebih di bulan Oktober. Ya, di sebaris alamat yang selalu kuketikkan dengan kefasihan yang sangat itu, tempat satu-satunya ia bisa ditemui.  Dan ia seketika memikatku dengan kata-kata yang dituliskannya, lewat  berlembar-lembar kalimat berbalut sejuta metafora. Yang aku impikan, yang aku harapkan, yang aku dambakan. Sesederhana apapun, ia selalu berhasil memikatku ke dalam dunianya yang terang namun menyembunyikan luka menganga di balik semuanya. Setiap kali sejak yang pertama.
...

2012.
Terkadang, ada suatu waktu tatkala aku ingin melihat sosok nyata seorang Eril. Namun sepertinya itu hal yang mustahil. Jadi, aku selalu berakhir dengan merajut bayangan tentang Eril dalam dimensi imajinasi.
Di sana, tergambar seorang laki-laki dewasa muda. Mungkin usianya awal dua puluhan. Posturnya tinggi dengan badan ideal: tidak kurus kerontang seperti penyalah guna obat-obatan terlarang, tidak gemuk seperti beruang lupa diet. Kulitnya berwarna kecokelatan cerah layaknya wisatawan-wisatawan asing di Bali sehabis berjemur, tanpa terlihat terbakar sinar ultraviolet. Rambutnya yang kecil-kecil, tebal, jatuh, ringan, berpotongan pendek, rapih. Ia akan memiliki wajah bergaris tegas, hidung mancung, dan otot unik yang menampilkan garis di pipi kanan-kiri layaknya Uchiha Itachi ketika ia tertawa.
Seolah belum cukup, ia melengkapi citra misterius dirinya dengan senyuman penuh rahasia. Ditambah kaca mata yang membuatnya terlihat intelek bin cerdas, namun jika alat bantu baca itu dilepas, tampang ‘nakal’ ala mereka yang suka mempermainkan hati wanita akan mengejutkan kalian. Dewasa. Yang terpenting dari semuanya adalah kedua mata yang bersudut tajam, berwarna kelam, dan bermakna dalam.
Aku menghentikan imajinasiku. Mana ada manusia sebnear-benar yang aku inginkan seperti itu di dunia nyata? Apalagi jika ditambah tanpa minuman keras, tanpa asap yang mengepul dari mulut, dan tanpa meninggalkan Tuhan dalam kehidupan.
Luar biasa sempurna.
...

2013.
Sejak saat itu, aku terombang-ambing di atas perasaanku sendiri. Aku mendapati pikiranku kesulitan untuk menghapus gambaran-gambaran tentang Eril.
Gerbong cerita ini berjalan begitu cepat. Terlalu cepat, malah. Secepat perubahan yang terasa pada rasa yang aku rasakan terhadap Eril. Tak terasa nama-nama bulan sudah berputar silih berganti. Kalian tahu, kata orang-orang, jika ada perasaan aneh yang bertahan lebih dari empat bulan, itu berarti kalian telah siap untuk menamakan perasaan itu sebagai ‘cinta’.
Dan itulah yang aku rasakan.
Aku jatuh cinta.
Tunggu, apakah itu cinta?
Entahlah. Yang aku tahu pasti perasaan itu kutujukan untuk siapa.
Pada Eril.
  ...

2012.
Sudah berabad-abad lamanya sejak terakhir kali aku bertemu Eril. Setiap kali aku mengunjunginya, ia tak pernah ada. Tanpa kabar, sama sekali tidak ada berita. Eril menghilang. Tanpa jejak.
Ada seorang laki-laki yang berhubungan erat dengan Eril. Tidak, jangan berpikir hubungan yang terjadi pada mereka sejenis asmara sejenis alias homo. Aku tahu ada sesuatu yang... salah, antara mereka berdua.
Segala macam skenario buruk melintas di mimpiku.
Laki-laki itu pasti telah menculik Eril, menyekapnya dalam gudang memori yang pengap tanpa ia sempat sadar, berteriak atau membela diri. Ya, pasti begitu! Batinku kalut. Tidak! Laki-laki itu pasti telah membunuhnya.
Eril mati.
Tak peduli berapa kali aku memohon pada laki-laki itu untuk memanggil Eril kembali, ia bergeming, diam, nihil. Kini aku membara dalam kemarahan dan kesedihan, yang memaksaku untuk lari ke tengah hujan untuk meredakannya dalam tangis dan teriak tak kentara.
Laki-laki itu pencipta Eril.
...

Ril.
Aku rindu.
Tak tahu lagi bagaimana lubang kerinduan ini bisa tertutupi.
Walau dibiarkan terbuka, rasanya sesak.
Seolah perasaanku dibebat dari segala penjuru dan lukaku ditaburi garam.
Keberadaanmu yang tak nyata semakin menyiksa.
Laksana kalimatku sebelumnya: ada tapi tak bisa diraih.
...

2013.
Dari sudut ruangan yang sama denganku, laki-laki itu bangkit. Ia menyeret tasnya mendekat, mencari sesuatu di dalamnya. Sejurus kemudian ia melemparkan sesuatu ke arahku, yang masih berusaha meraih Eril di awang-awang.
Benda itu mendarat beberapa sentimeter di depan tempatku bersila. Aku memutar kedua bola mataku, mendongak. Menatapnya masih dengan pandangan sedih dan marah yang belum sempat dibuang dari pikiran.
“Untukmu.” Katanya sambil lalu. Dan ia pergi begitu saja meninggalkan ruangan yang kian berisik tak terkendali.
Aku meraih benda yang dilemparkannya tadi. Ternyata sebuah buku. Masih baru, terlihat dari plastik segel yang masih rapat melindunginya dari debu. Sampulnya hitam kelam, berhiaskan sebuah lambang putih berbingkai segi empat. Aksara-aksara yang ada juga semuanya putih. Aku membalik buku itu untuk melihat sampul depannya, dan selama sepersekian milidetik tersengat keterkejutan.
Eril!
Spontan kupeluk buku itu dengan air mata bahagia bercucuran. Rasa syukur menjalari seluruh pembuluh darahku, berkecamuk dalam gempita sukacita.
Kau masih hidup! Ia tak membunuhmu!
Eril, aku rindu!

Monumen sebuah akhir.
Karena fiksi merupakan terjemahan bebas dari realita.
Yogyakarta, 150213.

Thursday, February 14, 2013

Eril. Cloud.

Aku mau memodifikasi angkasa.
Aku jauh terbang ke atas sana.
Membentuk kapas-kapas putih menjadi kau.
Menulis namamu berlatar biru.
Lalu kucuri sinar matahari dan pelangi nan warna-warni.
Hiasan yang abadi.

Yogyakarta, 140213.

Monday, February 11, 2013

Penjagaku. (Hilang).


“Mengapa dulu aku memilihmu?”

Wahai penjagaku yang bertubuh abu diapit delapan karakter nan padu.
Dari tubuhmu menetes sisa-sisa perjalanan ke langit biru.
Bau tanah bernaung sampai ranah-ranah baru.
Bersama fajar hingga malam tergores satu.

Wahai penjagaku yang bertubuh abu diapit delapan karakter nan padu.
Setiap kenanganmu sudah membatu.
Bersama diam. Khawatir. Panik. Ragu. Takut. Malu-malu.
Tak mungkin dihapus dalam sekali lagu.

“Karena keberadaanmu yang tak terbatas waktu. Dengan begitu aku yakin rahasia-rahasia milikku tak pernah bisa melupakanmu.”

Wahai penjagaku yang bertubuh abu diapit delapan karakter nan padu.
Adalah aku yang mengernyitkan kening siang terik itu.
Ketika tak kudapati tegakmu yang selalu.
Ada apa gerangan dengan ragamu?

Wahai penjagaku yang bertubuh abu diapit delapan karakter nan padu.
Tenyata ia beserta cerita tentangmu.
Kemudian aku berdarah-darah demi mendengar hilangnya deru.
Menjadi ‘selamat tinggal’ yang sia-sia diteriakkan rindu.

“Kini mereka menunggu saja satu per satu dirimu raib dari ingatanku.”

Bersama angka dan huruf terakhir dari delapan karakter nan padu itu.

Yogyakarta, 110213.

Saturday, February 9, 2013

Pictures of The Past : Limas.









Kelompok termengenaskan dan terhina PRK Psikologi 2012 :p
Tapi tetap oye kok :D
Sekarang, aku sulit menerima kenyataan kalau kita masih ada di kampus yang sama saking jarangnya ketemuan.
And it's freakin' me out.

Yogyakarta, 090213.

Friday, February 8, 2013

Pictures of The Past : PALAPA 190.



Miss you :'
Yogyakarta, 080213.

Pictures of The Past : Salmoners.




















Mantingan, 080213.