Monday, April 15, 2013

Cerita Ops #1 : Slop Hang Slop Hang-nya Tebing Cerme.





Penulis : Awang Darmawan.

The Ops!
Rame-Rame ke Cerme.
Waktu   : Sabtu-Minggu, 29-30 Maret 2013.
Lokasi   : Tebing Cerme, Bantul, Yogyakarta.
Peserta : The A Team!
PO        : Aldila Winzariski Rahmawati.

Manjat pertamaku bersama teman-teman yang nasibnya kurang mujur karena mereka hanya terlambat belajar manjat daripada saya, sehingga di tim ini saya dianggap paling jago. Hahaha. *opolaah

Kami mulai menjalani operasional pertama TC FUD 2013 ini  dengan jogging yang cukup melelahkan bagiku namun tidak untuk mereka. Ya,  Aji, Arma, Arif, Lala yang menurutku sudah kuat fisiknya untuk mengelilingi GSP sebanyak lima kali itu. Menu yang biasanya kita baca dan catat di rumah makan, disini menjadi beda, menjadi semacam makanan bagi otot kami untuk menambah kemampuannya. Mulai dari otot jari tangan sampai dengan otot betis seakan dipaksa untuk bekerja lebih keras dari biasanya, namanya juga latihan. Hahahaha.

Boulderan, sebenarnya adalah waktu yang sangat menyenangkan untuk para pemanjat, tapi entah kenapa saya melihat latihan kali ini belum maksimal, mungkin hanya karena tangan-tangan halus kami belum terbiasa, ya semoga saja. Berharap kami akan lebih semangat dan semakin mencintai point (karena memang banyak point nya) yang tersebar menempel di papan sebelah ring basket itu. Tapi ketika PR-an sudah terlihat tatapan-tatapan sinis bersaing untuk menyelesaikan jalur yang sudah dibuat, haha... Semakin seru tampaknya.

Tebing di sebelah Goa Cerme ini, baru pertama kami panjat karena memang jalurnya ada baru sekitar setahun yang lalu. Perjalanan yang cukup terhambat karena ada sedikit MissSchedule, Pak Kadiv kita berangkat nyusul sehingga harus ditemani oleh salah satu teman ganteng saya, Arif. Karena itulah saya harus berangkat dahulu bersama dua teman saya, ya ibu ops kami kali ini adalah Lala, dan temen ganteng saya yang jago ngurut si Aji. Haha, tapi santai saja, tetap saya yang paling ganteng di tim ini. Wah karena sombong, saya mengalami nasib sedikit sial, karena pada saat di jalan dan menoleh kebelakang ternyata 2 teman saya sudah tak terlihat, yah saya harus berbalik arah dan otomatis mengurangi bensin saya juga. Ternyata motor Arif yang dipakai Aji dan Lala harus masuk pit stop karena mengalami gangguan pada rodanya, dan harus ditambal. Cukuplah dua batang rokok menunggu reparasi tersebut, setelah siap untuk lanjut kami melanjutkan perjalanan ke tebing idaman. *opolaah

Melihat sang tebing yang menjulang tinggi di hadapanku terasa air liurku mulai mengucur, tidak selebay itu sih sebenarnya. Hahaha. Mungkin efek tempat baru yang sepertinya cukup seru untuk dipanjat. Bergegas kami bertiga naik kebawah jalur panjatnya, ternyata ada beberapa teman sehobi yaitu Hancala (Mapala Mipa UNY) yang sudah manjat dari hari Jumat. Sedikit ngobrol dan saya segera meminta tolong Aji untuk mengambil peralatan yang tadi ditinggal di rumah parkir bawah.

Saya       :Ji, siap kan?”
Aji         : Apa Bro?”
Saya       :Alat,” jawabku sambil mempraktekkan membawa tas.

Ternyata Aji memang pengertian dan siap bergegas turun untuk mengambil, tak lama kemudian langsung Arma dan Arif datang. Aji memang cerdas, langsung aja dia teriak.

Aji         : “Rip sekalian carrier-nya ya !”
Saya       :Bosok koe…

Setelah ternyata Arif juga pengertian membawa alatnya ke atas, kami langsung bersiap-siap menentukan jalur yang akan kita habisi nanti. Jalur kiri sepertinya yang paling memungkinkan selain jalur tengah yang sedang dipakai oleh anak Hancala. Saya kebagian rejeki untuk memerawani jalur ini. Ada sembilan hanger yang menempel di punggungnya. Lima hanger pertama tidak memerlukan banyak tenaga untuk menaklukannya, karena masih sedikit slop (bagian dari tebing dengan kemiringan lebih dari sembilan puluh derajat). Sesuai perkiraan, setelah dapat hanger enam menuju hanger tujuh jalur semakin hang dan otomatis semakin memacu adrenalin untuk melewatinya. Karena saya kuat, saya akhirnya dapat bagian dari tebing dengan kemiringan kurang dari sembilan puluh derajat, dan melewatinya sampai TOP. Haha, alasan saja, sebenernya bukan karena kuat tapi karena tengsin, disini saya paling tua masa nggak ngetop sih. Hahaha *lupakan. Selain itu karena di dekat hanger tujuh ada lubang dewa yang sedang dijaga oleh buaya, eh maksud saya tokek, untung dia tidak sempat merasakan empuknya jari saya. Kemudian dilanjutkan pemanjatan teman-teman dan menghabiskan hari pertama itu dengan sangat puas dan lega. Aji memanjat dengan snapping (memasukkan tali sendiri kedalam quickdraw/pengaman yang menghubungkan tali ke hanger), dengan jatah tiga kali dan dia melakukan dengan maksimal tapi tetap rock and roll katanya, meskipun sempat dua kali jari manisnya tertikam gigi sang tokek.

Saya       :Piye Ji?”
Aji         :Tetep rock and roll Bro..”

Baguslah, semoga semangat rock and roll nya selalu dibawa ketika memanjat dan dalam kehidupan sehari-hari. Hahaha *opolah. Arif pemanjat dengan semangat super dewa ini sudah semakin kuat dan akhirnya juga bisa menge-TOP jalur kiri ini dengan snapping.

Saya       :Arip sehat?”
Arif         :Sehat Mas, mantabb..”

Haha, semoga selalu sehat dan tidak akan pait di tebing beneran dan tebing hatinya. Hahaha*ups. Selanjutnya Arma, Sang Kadiv kami yang selalu tremor ketika menajat, tapi kali ini sudah berbeda sudah semakit kuat dan berkurang ketarannya.

Arma     : Alhamdullilah, wes sudo (berkurang) tremor-ku..”
Saya      :Apik, kudune ngono lah wes nduwe adik-adik ngene kok. Haha.*ejekan motivasiku.

Semoga akan semakin dewasa menghadiapi adik-adik baru dan akan menjadi contoh yang lebih baik. Semoga tambah pinter juga sih, jangan ceroboh yak. Haha. Satu-satunya cewek di tim kami ini, Lala, membuatku semakin bangga dengan tim ini. Semangat NGU!-nya sangat terlihat ketika manjat.

Saya       :Piye La, lanjut manjat? “
Lala        : Sabar ya yang belay aku, aku bakalan lama nempel kalo belum habis power

Terus NGU! dalam operasional dan pengejaran pujaan hatimu. Hahaha, maaf semoga tidak keceplosan lagi. Itulah mereka dan saya menyelesaikan pemanjatan hari ini. Setelah ini kami akan mengondisikan lambung tengah, menempelkan tubuh dengan nyaman dan mengetahui semua sisi tersembunyi dari tiap anggota tim ini, ya benar sekali TOT. Hahaha.

Terima kasih konsumsi..”

Kata-kata yang terdengar keras setelah di hadapan kami ada makanan yang sangat lezat, ala operasional sih. Malam itu kami menyantap kare spesial dengan bakso dan sebenarnya abon tetapi lupa dikeluarkan dari carrier. Sangat kenyang dan puas rasanya, setelah selesai makan dan merapikan bekas pertempuran kami membuat lima porsi makanan tadi. Sekarang giliran yang cukup bermakna bagiku, evaluasi, briefing teknis dan building team.  Di sini adalah tempat melihat kemampuan dan performa memanjat kami dan tempat belajar yang sangat bagus untuk pemanjatan esok hari. Selain ini, sesi BT adalah cara terbaik menurutku untuk tahu apa yang tidak terlihat dari Aji, Arma, Arif, dan Lala. Dan untuk lebih mendekatkan kami satu dengan yang lainnya. Muncul sifat Aji yang ternyata sangat gokil, terlihat perilaku Arif ketika salting untuk urusan itu. Hahaha. Lala yang juga ternyata sangat tahu tentang kabar anak-anak sekret dan Arma yang tetap seperti itu dan hanya menjadi pendengar dan penikmat tawa kami di situ. Semakin seru rasanya tim ini, sangat kami tunggu untuk BT di oprasional selanjutnya. Hahahaha.

Setelah sarapan kami pun bergegas kembali ke tempat manjat, kali ini kami pakai jalur yang tengah dengan kriteria hampir sama dengan jalur kiri. Ya, dengan sembilan hanger dan slop hang-nya membuat kami lebih bersemangat untuk mencengkram dan memasuki lubang di punggung jalur itu. Pemanjatan kedua ini berjalan semakin lancar saja dan semakin semangat. Ketika baru mulai memanjat, ada rekan datang dari Gitapala (Mapala Teknologi Pertanian UGM), yang semakin menambah seru obrolan kita, ya Mas Doyok memang seru dan kami cukup nyambung dengannya. Ketika kami bercerita soal tokek di jalur kiri itu pun menjadi guyonan yang cukup aneh.

Saya  :Ono tekek-e neng bolongan hanger pitu Mas...”
Mas   : “ Iyo, tapi ra popo nek dudu boyo...”
Saya  :Piye carane boyo tekan kono?
Mas   : Mungkin wae SRT-an.”
Arma :Sik sik tak bayangke sik.

Hahaha, tolol juga anak ini sampai sampai kami semua tertawa melihat ekspresinya ketika mengimajinasikan seekor buaya SRT-an ke atas tebing. Hahaha. Kocak memang, semoga dia selalu berimajinasi. Begitulah perjumpaan kami dengan anak Gitapala, kemudian mereka menyiapkan memanjat jalur kiri. Ditengah pemanjatan ada sedikit accident, tiba-tiba terdengar suara minta tolong dari bawah, saya kira ada orang jatuh dari pohon, tapi terdengar seperti bercanda karena suarannya yang samar-samar, ternyata benar kecelakaan, beberapa dari kami langsung turun dan melihat kondisi, seorang bapak jatuh ke tepi jalan yang curam karena mencoba melalui jalan turunan dengan berlari tanpa kontrol. Kasihan juga sebenarnya tetapi memang sudah dirawat dan sedang dipanggilkan ambulance . Makannya kalau jalan pun nggak boleh ngebut, nggak cuma ketika naik motor aja. Setelah itu kami lanjutkan pemanjatan sampai waktu menunjukkan pukul 15.30. Segera kami packing dan pamitan dengan teman-teman Gitapala. Setelah sholat ashar, kami bergegas meninggalkan tempat seru itu. Bertemu teman-teman di sekret, dan melanjutkan proses akhir rangkaian ops kali ini, cuci alat dengan bahagia dan evaluasi dengan penuh cinta. Hahaha *opolaah. Begitulah slop hang slop hang slop hang-nya cerita saya bersama my pride team di Tebing Cerme. Terima kasih.

Keep Pull Up and Never Give UP!   














No comments:

Post a Comment