Penulis : Awang Darmawan.
The Ops!
Rame-Rame ke Cerme.
Waktu : Sabtu-Minggu, 29-30 Maret
2013.
Lokasi : Tebing Cerme, Bantul,
Yogyakarta.
Peserta : The A Team!
PO : Aldila Winzariski
Rahmawati.
Manjat
pertamaku bersama teman-teman
yang nasibnya kurang mujur karena mereka hanya terlambat belajar manjat
daripada saya, sehingga di tim ini saya dianggap paling jago. Hahaha. *opolaah
Kami mulai
menjalani operasional pertama
TC FUD 2013 ini dengan jogging yang
cukup melelahkan bagiku namun tidak untuk mereka. Ya, Aji, Arma, Arif, Lala yang menurutku sudah kuat fisiknya untuk
mengelilingi GSP sebanyak lima
kali itu. Menu yang biasanya kita baca dan catat di rumah makan, disini menjadi
beda, menjadi semacam makanan bagi otot kami untuk menambah kemampuannya. Mulai
dari otot jari tangan sampai dengan otot betis seakan dipaksa untuk bekerja
lebih keras dari biasanya, namanya juga latihan. Hahahaha.
Boulderan,
sebenarnya adalah waktu yang sangat menyenangkan untuk para pemanjat, tapi
entah kenapa saya melihat latihan kali ini belum maksimal, mungkin hanya karena
tangan-tangan halus kami
belum terbiasa, ya semoga saja. Berharap kami akan lebih semangat dan semakin
mencintai point (karena memang
banyak point nya) yang tersebar
menempel di papan sebelah ring basket itu. Tapi ketika PR-an sudah terlihat tatapan-tatapan sinis bersaing untuk menyelesaikan
jalur yang sudah dibuat, haha... Semakin
seru tampaknya.
Tebing di sebelah Goa Cerme ini, baru pertama kami
panjat karena memang jalurnya ada baru sekitar setahun yang lalu. Perjalanan
yang cukup terhambat karena ada sedikit MissSchedule,
Pak Kadiv kita berangkat
nyusul sehingga harus ditemani oleh salah satu teman ganteng saya, Arif. Karena
itulah saya harus berangkat dahulu bersama dua teman saya, ya ibu ops kami kali ini adalah Lala, dan temen
ganteng saya yang jago ngurut si Aji.
Haha, tapi santai saja, tetap saya yang paling ganteng di tim ini. Wah karena
sombong, saya mengalami nasib sedikit sial, karena pada saat di jalan dan menoleh kebelakang ternyata 2
teman saya sudah tak terlihat, yah saya harus berbalik arah dan otomatis
mengurangi bensin saya juga. Ternyata motor Arif yang dipakai Aji dan Lala harus masuk pit
stop karena mengalami gangguan pada rodanya, dan harus ditambal.
Cukuplah dua batang rokok
menunggu reparasi tersebut, setelah siap untuk lanjut kami melanjutkan
perjalanan ke tebing idaman.
*opolaah
Melihat sang
tebing yang menjulang tinggi di hadapanku
terasa air liurku mulai mengucur, tidak selebay itu sih sebenarnya. Hahaha.
Mungkin efek tempat baru yang sepertinya cukup seru untuk dipanjat. Bergegas
kami bertiga naik kebawah jalur panjatnya, ternyata ada beberapa teman sehobi
yaitu Hancala (Mapala Mipa UNY) yang sudah manjat dari hari Jumat. Sedikit ngobrol dan saya segera
meminta tolong Aji untuk mengambil peralatan yang tadi ditinggal di rumah parkir bawah.
Saya :
“Ji, siap kan?”
Aji : “Apa Bro?”
Saya :
“Alat,” jawabku sambil mempraktekkan membawa tas.
Ternyata Aji
memang pengertian dan siap bergegas turun untuk mengambil, tak lama kemudian langsung Arma dan Arif
datang. Aji memang cerdas, langsung aja dia teriak.
Aji :
“Rip sekalian carrier-nya ya !”
Saya :
“Bosok koe…”
Setelah
ternyata Arif juga pengertian membawa alatnya ke atas, kami langsung bersiap-siap menentukan jalur yang akan
kita habisi nanti. Jalur kiri sepertinya yang paling memungkinkan selain jalur
tengah yang sedang dipakai oleh anak Hancala. Saya kebagian rejeki untuk memerawani jalur ini. Ada sembilan hanger yang menempel di punggungnya.
Lima hanger pertama tidak memerlukan banyak
tenaga untuk menaklukannya, karena masih sedikit slop (bagian dari tebing dengan kemiringan lebih dari sembilan puluh derajat). Sesuai perkiraan, setelah dapat hanger enam menuju hanger tujuh jalur semakin hang dan otomatis semakin memacu adrenalin untuk melewatinya.
Karena saya kuat, saya akhirnya dapat bagian dari tebing dengan kemiringan kurang dari sembilan puluh derajat, dan melewatinya sampai TOP. Haha,
alasan saja, sebenernya bukan karena kuat tapi karena tengsin, disini saya paling tua masa nggak ngetop sih.
Hahaha *lupakan. Selain itu karena di dekat hanger
tujuh ada lubang dewa yang sedang dijaga oleh buaya,
eh maksud saya tokek, untung dia tidak sempat merasakan empuknya jari saya. Kemudian dilanjutkan pemanjatan teman-teman dan menghabiskan hari pertama itu
dengan sangat puas dan lega. Aji memanjat dengan snapping (memasukkan tali
sendiri kedalam quickdraw/pengaman
yang menghubungkan tali ke hanger),
dengan jatah tiga kali dan
dia melakukan dengan maksimal tapi tetap rock
and roll katanya, meskipun
sempat dua kali jari manisnya
tertikam gigi sang tokek.
Saya :
“Piye Ji?”
Aji :
“Tetep rock and roll Bro..”
Baguslah,
semoga semangat rock and roll nya
selalu dibawa ketika memanjat dan dalam kehidupan sehari-hari. Hahaha *opolah. Arif pemanjat dengan
semangat super dewa ini sudah semakin kuat dan akhirnya juga bisa menge-TOP jalur kiri ini dengan snapping.
Saya :
“Arip sehat?”
Arif :
“Sehat Mas, mantabb..”
Haha, semoga
selalu sehat dan tidak akan pait di
tebing beneran dan tebing hatinya. Hahaha*ups. Selanjutnya Arma, Sang Kadiv kami yang selalu tremor ketika menajat, tapi kali ini
sudah berbeda sudah semakit kuat dan berkurang ketarannya.
Arma : “Alhamdullilah, wes sudo (berkurang) tremor-ku..”
Saya :
“Apik, kudune ngono lah wes nduwe adik-adik ngene kok. Haha.” *ejekan motivasiku.
Semoga akan
semakin dewasa menghadiapi adik-adik
baru dan akan menjadi contoh yang lebih baik. Semoga tambah pinter juga sih, jangan ceroboh yak. Haha.
Satu-satunya cewek di tim
kami ini, Lala, membuatku
semakin bangga dengan tim ini. Semangat NGU!-nya sangat terlihat ketika manjat.
Saya :
“Piye La, lanjut manjat? “
Lala : “Sabar ya
yang belay aku, aku bakalan lama nempel kalo belum habis power”
Terus NGU! dalam operasional dan pengejaran pujaan hatimu.
Hahaha, maaf semoga tidak keceplosan lagi. Itulah mereka dan saya menyelesaikan
pemanjatan hari ini. Setelah
ini kami akan mengondisikan
lambung tengah, menempelkan tubuh dengan nyaman dan mengetahui semua sisi
tersembunyi dari tiap anggota tim ini, ya benar sekali TOT. Hahaha.
“Terima kasih konsumsi..”
Kata-kata
yang terdengar keras setelah di hadapan
kami ada makanan yang sangat lezat, ala operasional sih. Malam itu kami menyantap kare spesial dengan bakso
dan sebenarnya abon tetapi lupa dikeluarkan dari carrier. Sangat kenyang dan puas rasanya, setelah selesai makan dan
merapikan bekas pertempuran kami membuat lima porsi makanan tadi. Sekarang giliran yang cukup bermakna
bagiku, evaluasi, briefing teknis dan building
team. Di sini adalah tempat melihat kemampuan dan
performa memanjat kami dan
tempat belajar yang sangat bagus untuk pemanjatan esok hari. Selain ini, sesi BT adalah cara terbaik
menurutku untuk tahu apa yang tidak terlihat dari Aji, Arma, Arif, dan Lala.
Dan untuk lebih mendekatkan kami satu dengan yang lainnya. Muncul sifat Aji
yang ternyata sangat gokil, terlihat
perilaku Arif ketika salting untuk urusan ‘itu’. Hahaha. Lala yang juga ternyata
sangat tahu tentang kabar anak-anak
sekret dan Arma yang tetap seperti itu dan hanya menjadi pendengar dan penikmat
tawa kami di situ. Semakin seru
rasanya tim ini, sangat kami tunggu untuk BT di oprasional selanjutnya. Hahahaha.
Setelah sarapan kami pun bergegas kembali ke tempat manjat, kali ini kami pakai jalur
yang tengah dengan kriteria
hampir sama dengan jalur kiri. Ya, dengan sembilan hanger dan slop hang-nya membuat kami lebih bersemangat untuk
mencengkram dan memasuki lubang di punggung jalur itu. Pemanjatan kedua ini berjalan semakin lancar
saja dan semakin semangat. Ketika baru mulai memanjat, ada rekan datang dari
Gitapala (Mapala Teknologi Pertanian UGM), yang semakin menambah seru obrolan
kita, ya Mas Doyok memang seru dan kami cukup nyambung dengannya. Ketika kami
bercerita soal tokek di jalur kiri itu pun
menjadi guyonan yang cukup aneh.
Saya :
“Ono tekek-e neng bolongan hanger pitu Mas...”
Mas :
“ Iyo, tapi ra popo nek dudu boyo...”
Saya :
“Piye carane boyo tekan kono?”
Mas : “Mungkin wae SRT-an.”
Arma :
“Sik sik tak bayangke sik.“
Hahaha, tolol juga anak ini sampai sampai
kami semua tertawa melihat ekspresinya ketika mengimajinasikan seekor buaya SRT-an ke atas tebing. Hahaha. Kocak memang, semoga dia selalu berimajinasi. Begitulah
perjumpaan kami dengan anak Gitapala, kemudian mereka menyiapkan memanjat jalur
kiri. Ditengah pemanjatan ada sedikit accident,
tiba-tiba terdengar suara
minta tolong dari bawah, saya kira ada orang jatuh dari pohon, tapi terdengar
seperti bercanda karena suarannya yang samar-samar, ternyata benar kecelakaan,
beberapa dari kami langsung turun dan melihat kondisi, seorang bapak jatuh ke
tepi jalan yang curam karena mencoba melalui jalan turunan dengan berlari tanpa
kontrol. Kasihan juga
sebenarnya tetapi memang sudah dirawat dan sedang dipanggilkan ambulance . Makannya kalau jalan pun nggak boleh
ngebut, nggak cuma ketika
naik motor aja. Setelah itu kami lanjutkan pemanjatan sampai waktu menunjukkan
pukul 15.30. Segera kami packing dan
pamitan dengan teman-teman
Gitapala. Setelah sholat ashar, kami bergegas meninggalkan tempat seru itu. Bertemu
teman-teman di sekret, dan
melanjutkan proses akhir rangkaian ops kali ini, cuci alat dengan bahagia dan
evaluasi dengan penuh cinta. Hahaha *opolaah. Begitulah slop hang slop hang slop hang-nya cerita saya bersama my
pride team di Tebing
Cerme. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment