Friday, April 26, 2013

Moving Up : Bukan Sekadar Moving On.


Oke, saat ini aku sampai pada sebuah kesimpulan bahwa dari sekian menu yang harus aku jalani selama Follow Up Diklat Palapsi 2013, moving resmi mendapatkan gelar sebagai menu paling menyebalkan dan membuatku menahan-nahan tangis. Belum pernah menangis betulan sih, pokoknya yo ngonolah. Apa ya, moving selalu sukses menghasilkan telapak tangan sobek, luka, ngapal, dan kasar, hal-hal yang membuatku ngebut mencuci sepulang ops karena jelas tak bakal sanggup mencuci dengan kondisi telapak tangan tersayat-sayat usai moving.

Ngomong-ngomong soal moving, tiba-tiba kok jadi kepikiran spesies lain dari moving. Iya yang itu, yang gagal aku lakukan sejak dulu kala. Apalagi sih kalau bukan moving on? Dan kasus ‘susah moving on’-ku itu sebenarnya tergolong aneh untuk seseorang yang mudah jera alias kapok sepertiku. Harusnya, nalarnya, setiap terjebak situasi yang tidak menyenangkan, ya langsung pergi saja dari situasi itu. Kurang lebih semacam aku di zaman SMA lah, yang setiap kali merasa tidak cocok dengan sesuatu langsung cabut dari kegiatan apapun yang saat itu aku ikuti. Tanpa banyak pertimbangan, buang-buang waktu, atau penyesalan di akhir. Sampai-sampai julukan ‘kutu loncat’ melekat padaku. Tapi, entahlah, kali kemarin dan kali ini (*iya, yang sekarang) rasanya susaaah sekali melakukan ‘pergerakan’ tersebut.

Sampai suatu ketika, dalam sesi curhat bersama sesepuh tuyul sakti yang bisa baca aura (*identitas dirahasiakan), ia mencetuskan suatu teori yang belum pernah terlintas di otak sebelumnya olehku.

“Hari gini moving on? Harusnya moving up dong!”

Setelahnya, Mas Tuyul langsung nyerocos memaparkan teorinya ini. Menurutnya, seseorang tidak bakal bisa benar-benar pergi dari situasi yang tidak menyenangkan hanya dengan moving on. Kasarannya, “Itu kan cuma pindah tempat. Datar.” Berbeda halnya dengan moving up, kita akan benar-benar bisa meninggalkan semua hal yang tidak kita sukai di bawah, bukan hanya di belakang.

Namun, ternyata teori ini ada syaratnya juga. Kalau mau moving up, harus moving on dulu. Ibaratnya pre-during-post, prosesnya harus urut dan lengkap. Mengapa? Karena, seandainya moving up tanpa moving on, nantinya orang itu akan tertarik lagi ke situasi semula. Sedangkan moving on tanpa moving up, ya tidak akan ke mana-mana. Stuck di situ-situ saja.

Sial, setelah dipikir-pikir lagi, teori itu membuatku berkata “Iya juga yaaa” sambil mangut-manggut setuju. Paham. Aku harus moving up, bukan sekadar moving on. By the way, cara naiknya bagiamana ya? Manjat? Tapitapitapi, sepertinya aku terlalu mager deh untuk manjat. Bagaimana kalau SRT-an saja? Bagaimana kalau di-rescue saja? :D

Nyat koe ra niat moving!” :p

Seusai melek semaleman penuh menghadap layar demi tugas. Kesalahan fatal, padahal nanti berangkat operasional. Tidak tega tidur di kelas, dan akhirnya menulis ini.
Kelas Biopsi.
Yogyakarta, 260413.

No comments:

Post a Comment