Monday, September 29, 2014

Kenang-kenangan PRK 2014.









Posisi sebagai Koordinator Medis menginspirasi kado pembubaran panitiaku. Lama memikirkan sesuatu yang bermakna dan bisa berguna, akhirnya aku membuat 'Stay Healthy Jar'. Isinya obat, vitamin, dan perlengkapan pertolongan pertama sederhana ditambah puisi. Orang yang beruntung mendapatkan benda ini ternyata Reyhan (Koordinator Publikasi Dokumentasi). Semoga bermanfaat ya Han!


Thursday, September 25, 2014

Melepaskan Diri.

Beratkah uap yang kita hirup?

Di ruang ini ada cerita-cerita sesak.

Cinta yang terbagi.
Cemburu yang menghakimi.
Kegelisahan yang tak mampu sembunyi.
Saling membenturkan diri dan meracuni.

Sejak saat itu, ketika 'kita' menjadi rumit.

Yogyakarta, 250914.

Monday, September 15, 2014

2013

Awal tahun, mungkin sekitar bulan Maret, kamu mengajakku untuk latihan di danau dekat kampus kita, bahkan kamu bilang mau menjemputku. Mungkin itu pertama kalinya aku dijemput kamu di rumah. Lalu kita mendayung di danau itu. Itulah hari dimana takdir mempertemukan aku dengan jalan yang benar-benar baru dalam hidupku. Tanpa pengalaman sebelumnya, tentunya. Aku ingat hari itu kamu menawarkanku weekend yang sangat sangat sangat sangat sangat sangat seru! Aku seneng banget hari itu! Lalu sepulang dari sana kita beristirahat sambil bercanda tawa, di ruangan yang sungguh sangat tidak asing bagi kita. Lalu seseorang itu masuk, mungkin dialah orang pertama yang mencium bau kedekatan kita.

Aku masih ingat bagaimana kamu mengajari aku untuk mengendarai sepeda motor pertama kali. Mulai dari menaikkan standar, menstarter, dan menjalankannya. Memang hanya kurang lebih 10 meter sih, mungkin ini hal sepele yang bisa dilakukan semua orang. Tapi aku akan selalu mengingat bahwa kamu adalah orang pertama yang memberikanku keberanian untuk melakukan hal itu.

Waktu berjalan, berkat hari itu, hidupku benar-benar berubah. Aku mengikuti kegiatan yang tak pernah terpikirkan seumur hidupku, dalam jangka waktu yang tidak sebentar, tiga bulan. Tapi sayang, aku tidak bisa melakukannya hingga selesai. Aku tidak bisa menyelesaikannya bersamamu. Semakin hari semakin sering kita pergi makan malam bersama, bahkan kadang makan siang juga ya. Mungkin gara-gara aku yang terlalu sering ga punya tebengan pulang. Tak jarang juga kamu rela menunggui aku selesai rapat hingga kampus hampir tutup hanya untuk mengantarku pulang. 

Perasaanku? Aku merasa sangat nyaman denganmu. Tidak hanya rasa nyaman, kamu adalah sosok yang sangat aku kagumi, sosok yang dapat melindungi, yang mengajarkanku banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa kutemui pada orang lain. Dengan kata lain, aku mencintaimu. Bagaimana bisa?? Dasar yang aku miliki berbeda dengan milikmu, bagaimana bisa?? 

Hingga pada suatu malam saat kamu sah menjadi kepala kelompok kita, kamu menanyakan itu padaku, dan kita saling mengutarakan perasaan masing-masing. Di tempat makan bakmi pinggir jalan yang sangat random itu. Hari itu kita tidak menemukan konklusi apapun. Tapi at least aku (dan mungkin juga kamu) merasa sangat lega malam itu. Mengetahui perasaan masing-masing, dengan segala konsekuensi yang akan kita hadapi.

Jauh di mata, dekat di hati. Bahkan saat kamu pergi selama dua bulan lamanya, rasa rindu seperti meledak-ledak di dalam hatiku. Untung dapat sedikit terobati berkat pesan-pesan unyu yang kamu kirimkan. Di sela-sela pesan-pesan singkat harian kita, kamu menanyakan itu, menanyakan apakah aku nyaman dengan keadaan seperti ini. Kita tahu sama tahu, perasaan masing-masing, tapi mengapa tak bisa??

Aku ingat saat kita ke gunung kecil itu, aku merasa senaaaang sekali malam itu, terutama berada di dekatmu. Tapi dengan godaan-godaan nakal dari teman-teman, sebenarnya aku juga merasa tidak nyaman berada di hubungan yang seperti ini, sama sepertimu.

Tepat pada hari ini, setahun kemarin, kita mendiskusikan hal yang sama, yang sudah pernah kita bicarakan sebelumnya. Kali ini diskusi ini menemukan konklusinya. Aku menanggalkan segala kekhawatiranku dan menanggung segala konsekuensi untuk bersama kamu. Ya, aku ingin kamu, apapun konsekuensinya. Di malam itu, pasir, tetesan hujan, desiran ombak dan bintang-bintang bercahaya yang diselimuti gelapnya malam adalah saksinya.

Happy anniversary, yah.
...

Akh, terlalu banyak memori indah tentangmu yang tidak bisa hilang dari ingatanku. Membayangkan itu bisa membuatku menghabiskan tisu di kamarku. Sayangnya aku tidak bisa menuliskan semuanya di sini. Aku mengagumi setiap pekerjaanmu, kepemimpinanmu, tutur katamu, gaya bercandamu, bahkan saat kamu memarahiku, dan hal-hal lainnya.

Walaupun saat ini kita telah menempuh jalan kita masing-masing, aku ingin mengucapkan terima kasih seterimakasih terimakasihnya padamu! Karena kamu begitu spesial di mataku, dulu, sekarang, dan selamanya. Seandainya aku boleh mengulang waktu, aku tidak akan melakukan hal bodoh yang telah kulakukan padamu. Maafin aku, aku telah menyianyiakan orang yang dapat membuatku kagum, senang, bingung, hormat, penasaran, takut, berbunga-bunga, bahagia, bahagia, dan selalu bahagia! Sayangnya, waktu tidak bisa diulang. Terima kasih, kamu. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah (kata-kata emasmu): menjadi pribadi yang lebih baik lagi.



Menerima sebuah pesan untuk disampaikan disini.

Sunday, September 14, 2014

Apasihinisayamasihcetek:(

Belakangan ini banyak ide muncul, saling bertabrakan di saat yang kurang tepat. Andai aku bisa mengetik dalam mimpi. Andai kerumunan kata setengah bangun kusimpan pagi tadi.

Coba kutulis, tapi aku masih menabrak dinding yang sama. Kebuntuan memulai. Sungguh, aku butuh keberuntungan pemula.

Aku sudah lama menulis tapi ya tetap saja kok. Masih sama dangkalnya. Ah, padahal aku kebelet berkarya. Mencetak kata-kata di wadah semestinya.