Hei kamu.
Yang setiap hari
membiarkanku berlindung dalam pelukmu. Yang setiap hari mengizinkanku bersandar
pada bahumu. Yang setiap hari memperbolehkanku tidur di pangkuanmu.
Hei kamu.
Tahukah kamu? Aku
sayang kamu. Sangat-sangat sayang. Aku tak terlalu paham bagaimana caraku
mengungkapkannya supaya kamu bisa menyamakan persepsi, tapi ya begitulah yang
aku rasakan. Rumit, namun aku bisa memahami perasaan hangat yang selalu
menjalar ketika aku bertemu kamu dan berinteraksi denganmu, seperti yang tadi
sudah kukatakan.
Hei kamu.
Terima kasih. Sejak
kita berkenalan, kamu telah membawa hal-hal baru untukku. Terutama, teman.
Dulunya aku suka menyepi sendiri. Sampai saat ini masih begitu, sebenarnya.
Namun, dengan orang-orang yang kamu pertemukan denganku, aku bisa merasakan
bahagianya sebuah kebersamaan. Dan, kamu tahu, itu sangat berarti.
Hei kamu.
Tanpa sadar kamu
telah menguras banyak hal yang ada pada diriku. Energi. Iman. Isi dompet.
Waktu. Cinta. Aku mengerti benar, bukan mau kamu untuk menyedot seluruh
kehidupanku seperti itu. Aku, akulah yang menyediakan diriku untukmu, bersama
seluruh daya yang entah bagaimana secara sukarela aku berikan.
Hei kamu.
Boleh aku
mengajukan satu hal? Kali ini aku tak mau tulus. Ya, aku mengaharapkan sebuah
timbal balik. Apa? Jaga aku. Kalau tidak, aku akan pergi. Aku sangat paham
betapa orang sepertiku mungkin tidak kamu butuhkan mengingat kemampuanmu
merangkul semua orang hebat itu. Tapi... yah aku boleh berharap kan? Siapa tahu
suatu saat aku bisa berguna untukmu.
Salam.
Selesai sedetik sebelum post test biopsi.
Kelas Biopsi.
Yogyakarta, 260413.
No comments:
Post a Comment