Gerimis menderas di
genangan kenangan,
tempat kami bersua
dalam baris-baris keresahan.
Bercermin, melempar
pertanyaan.
Katanya,
“Mendaratkan kakimu di sana adalah kesalahan.”
Padahal aku hanya
pejalan,
terus melangkah
tanpa menjadikanmu tujuan.
Kami bertikai lewat
goresan pena, lewat puisi.
Lewat metafora,
lewat diksi.
Lewat tanda kutip yang diputar balik.
Aku menahan diri,
ketakutan.
Sadar aku pihak
yang kalah waktu, jika ‘kini’ tak bisa jadi taruhan.
Kemudian, aku tak
lagi peduli.
Kubiarkan ia
memeluk, mengecup romansa samar hari-hari kemarin,
tak sanggup
menghapus jejak hujannya sendiri.
Yogyakarta, 081215.