Apa yang pertama
kali kamu pikirkan ketika mendengar kata pahit? Mungkin jamu yang memang
terkenal memiliki rasa demikian. Mungkin obat, entah dari bahan-bahan kimia
yang digunakan untuk membuatnya atau apa. Bisa saja sayuran, seperti daun
pepaya dan pare. Atau kopi, apalagi yang kental tanpa dibubuhi gula sedikitpun.
Yang lain?
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata pahit setidaknya
memiliki dua pengertian. Pertama, rasa tidak sedap seperti rasa empedu. Kedua,
tidak menyenangkan hati, menyusahkan hati, atau menyedihkan. Namun, dalam
kehidupanku sehari-hari yang dikelilingi manusia-manusia yang pandai bersilat
kata, termasuk memberikan pemaknaan baru terhadap suatu kata, kata pahit
sepertinya cenderung diasosiasikan sebagai “kisah
asmara yang tidak berujung bahagia.” Hem. Lumayan mirip dengan pengertian
kedua, akan tetapi dalam pengertian ketiga, penekanan makna kata pahit
sepertinya lebih jleb alias menusuk-nusuk hati. Contoh kasusnya, ketika kamu
jatuh cinta pada seseorang yang berbeda keyakinan denganmu. Kamu yakin,
sementara itu tidak demikian halnya dengan dia. Begitu mendengar kabar
tersebut, manusia-manusia ini akan mengeluarkan segenap kemampuan mereka untuk
ngece serta mbosok, plus memberikan gelar pahit padamu. Sempurna.
Lalu, apakah
kepahitan merupakan akhir dari segalanya? Tentu tidak. Sebenarnya, apabila kamu
mengalami situasi pahit, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk keluar
dari kubangan kepahitan, atau setidaknya mengurangi keinginan muntah sebagai
efek dari rasa yang cukup tidak mengenakkan tersebut. COUNTER PA(H)IT!
Terinspirasi dari P3K andalan tim Tebing FUD 2013 yaitu Counterpain, jurus COUNTER
PA(H)IT sangat disarankan untuk dicoba. Aku menyebutnya sebagai Formula H2SC.
Rumusan Formula
H2SC:
- HAPUS semua hal yang berhubungan dengan sumber kepahitan. Sms, akun jejaring sosial, benda-benda pemberian, foto yang tersebar di setiap memori barang elektronik yang kamu miliki, barang-barang yang berkaitan secara langsung dan tidak langsung. Jangan sedikitpun merasa sayang, ingat, semua ini demi rasa hidup yang lebih nikmat!
- HINDARI kontak dengan sumber kepahitan. Bukannya bermaksud lari dari kenyataan, hanya saja jika kita terlalu sering terekspos keberadaan sang tersangka, akan jauh lebih sulit bagi kita untuk melupakannya. Ibarat minum jamu yang jelas-jelas rasanya pahit tapi kita meminumnya terus-menerus, rasa pahit di lidah dan kerongkongan akan sulit dihapus. Kalau perlu, puas-puaskan menemuinya dalam satu jangka waktu sebagai persiapan absen kontak.
- SALURKAN segala perasaanmu ke media yang tepat. Marah atau sedih merupakan emosi yang wajar kita rasakan dalam situasi pahit. Tidak baik jika hal itu dibiarkan, karena akan ada kecenderungan destruktif yang bisa membahayakan diri kamu sendiri maupun orang lain. Daripada menelan korban yang sia-sia, lebih baik tuangkan perasaanmu ke dalam sebuah karya (lagu, tulisan, dan sebagainya), atau kegiatan lain yang bermanfaat seperti belajar dan berolahraga. Lampiaskan benar-benar agar kamu dapat merasakan kelegaan yang luar biasa. Biasanya, hasil yang kita peroleh dari pelampiasan ini lebih bagus lho, dibandingkan tanpa perasaan yang meluap.
- CARI sesuatu yang baru dan berbeda jauh dengan sumber kepahitan. Yah, bisa jadi seseorang yang baru, organisasi baru, tempat tinggal baru. Perbedaan yang ada akan membuat dirimu mengalami penyegaran dari berbagai aspek. Dan pastinya, siap untuk merasakan perasaan-perasaan serta kondisi-kondisi menyenangkan di hari esok yang cerah ceria. Bahagia!
Poin-poin di atas
hanya akan berhasil jika ada keinginan kuat dari kamu untuk melawan kepahitan
yang ada. Lain halnya jika kamu justru nyaman dengan kepahitan yang kamu
rasakan dan malah menikmati keadaan. Ckckck. Angkat tangan. Kalau boleh jujur,
aku sendiri belum berhasil menyelesaikan kepahitan yang aku rasakan empat tahun
terakhir. Padahal aku tipe pembenci orang yang seringkali
menyarankan orang lain untuk melakukan sesuatu, sementara dia sendiri belum
melakukan hal tersebut. Lalu?
Entahlah.
Sekian.
Selamat mencoba
saja dan semoga berhasil.
Konsep dibuat di
kelas Biopsikologi, K-303, 120413.
Ditulis dengan gaya
bahasa yang sama sekali berbeda pukul tiga dini hari, gabungan keinginan tubuh
untuk tidur yang nihil serta semangat untuk meyelesaikan target sepuluh tulisan
hari ini.
Yogyakarta, 160413.
No comments:
Post a Comment