Monday, February 11, 2013

Penjagaku. (Hilang).


“Mengapa dulu aku memilihmu?”

Wahai penjagaku yang bertubuh abu diapit delapan karakter nan padu.
Dari tubuhmu menetes sisa-sisa perjalanan ke langit biru.
Bau tanah bernaung sampai ranah-ranah baru.
Bersama fajar hingga malam tergores satu.

Wahai penjagaku yang bertubuh abu diapit delapan karakter nan padu.
Setiap kenanganmu sudah membatu.
Bersama diam. Khawatir. Panik. Ragu. Takut. Malu-malu.
Tak mungkin dihapus dalam sekali lagu.

“Karena keberadaanmu yang tak terbatas waktu. Dengan begitu aku yakin rahasia-rahasia milikku tak pernah bisa melupakanmu.”

Wahai penjagaku yang bertubuh abu diapit delapan karakter nan padu.
Adalah aku yang mengernyitkan kening siang terik itu.
Ketika tak kudapati tegakmu yang selalu.
Ada apa gerangan dengan ragamu?

Wahai penjagaku yang bertubuh abu diapit delapan karakter nan padu.
Tenyata ia beserta cerita tentangmu.
Kemudian aku berdarah-darah demi mendengar hilangnya deru.
Menjadi ‘selamat tinggal’ yang sia-sia diteriakkan rindu.

“Kini mereka menunggu saja satu per satu dirimu raib dari ingatanku.”

Bersama angka dan huruf terakhir dari delapan karakter nan padu itu.

Yogyakarta, 110213.

No comments:

Post a Comment