Wednesday, April 9, 2014

Tamat.

Tiga menyusut menjadi satu saja.
Angka satu itu terus saja muncul dalam benakku, seolah menertawakan kegagalanku karena dari lima kemungkinan yang ada saat itu, hanya satu yang berhasil kuamankan.
Hanya satu.
*

Kau pasti pernah mengalalmi situasi yang sama sepertiku, juga merasakan apa yang tertangkup di dalamnya.
Ketika lebih dari satu warsa berlalu dan hatimu masih juga terpaku lewat palu yang sama; menghunjam batas demi batas dan merobek benteng terakhirmu.
Lalu kau jadi lubang justru karena kau bertahan.

*
Sepi.
Betapa perbedaan seringkali lebih memisahkan dibandingkan jarak.
*

Namun sosok itu selalu bertubi merampok sudut pandangmu yang naif dan kelewat terbuka. Ia tak peduli karena ia tak ingin tersangkut rasa, jatuh ke dalam jiwa. Tak sengaja justru ia menabur luka, memutus asa. Masalahnya ia terlampau sempurna untuk kau lontarkan cela.
Alih-alih pasrah, kau mulai meracuni ragu, menariknya hingga serpih. Tinggal perih.
Kau hancurkan apa yang telah susah payah kau bangun dengan upaya, kau hidupkan dengan doa, kau perkuat dengan... segalanya.
*

Kamu berpadu waktu, berpusar semakin kencang dalam ingatan.
Seketika jurang.
Kuinjakkan satu kaki yang pasti tenggelam.
Dan perlahan, kuali pun mendidih, mengepulkan asap ke angkasa.
*

Aku mendadak bangkit dari bangku dan melangkahkan kaki ke luar kelas dengan tergesa.
Menahan tangis, ketika sesaat sebelum pintu terlewat aku menoleh ke belakang.


Yogyakarta, 090414.

No comments:

Post a Comment