Thursday, May 2, 2013

Kadar yang Sama.

Lelaki penyendiri itu kali ini menyendiri lagi. Dalam sebuah ruangan remang-remang tempat ia menyimpan semua rahasianya, di salah satu sudut tersembunyi. Setelah membuka kunci pintu, ia memandang sekeliling. Bergerak menghampiri sepasang bangku dan meja di tengah-tengah.

Lelaki penyendiri itu menduduki bangku di balik meja. Ia merogoh saku jaketnya, kemudian mengeluarkan satu per satu barang: di hadapannya kini terhampar jarum beserta suntik dan sebuah botol kaca kecil kosong berwarna biru, beserta tutupnya.

“Sudah waktunya,” gumamnya tak jelas, nyaris tanpa suara.

Lelaki penyendiri itu mengambil jarum dan suntik. Ditusukannya perlahan benda itu menembus kulit perut bagian kanan bawah. Ketika ia menarik keluar, tersedotlah darah beserta perasaan-perasaan yang selama ini ia pendam. Detik berikut, ia sudah mengisikan cairan merah kental ke dalam botol kaca kecil berwarna biru tadi, lalu menutupnya rapat-rapat.

Lelaki penyendiri itu kemudian melangkahkan kaki menuju salah satu lemari di satu dinding. Dibukalah pintu kaca yang mulai berdebu, ia sendiri lupa kapan terakhir kali menyentuhnya. Dari sana, ia mengeluarkan sebentuk kotak kayu berwarna hitam. Di dalam kotak, terdapat sebuah benda lagi. Sang lelaki meletakkan botol kaca biru kecil di sebelah botol kaca kecil berwarna hijau yang sudah setahun lebih ada di situ.

Lelaki penyendiri itu sekarang terpaku memandangi kedua botol kaca kecil berisi darah beserta perasaan-perasaan yang selama ini ia pendam. Dengan kadar yang sama.


Ditulis di depan sekret dengan iringan gitar Kadiv Air selagi menunggu Dora membuat skenario pendakian massal.
Yogyakarta, 020513.

No comments:

Post a Comment