Ketenangan yang dirasakan jelas oleh batinku,
belakangan ini, benar-benar mengusik keingintahuan. Aku tidak mengerti sebab
pastinya apa, aku tidak merasa telah melakukan suatu hal yang istimewa. Atau
sengaja.
Tidak secara fisik, karena sama sekali tidak
ada ketenangan yang aku dapatkan: kesibukanku sendiri seperti menyudutkan
seluruh lelah berkumpul menjadi satu titik di ujung kepala.
Tentu. Ini urusan jiwa.
Entahlah. Bahagia hanya lewat sebentar saja.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kekhawatiran, kecemasan, dan keraguan
memang singgah, tapi tidak lama. Begitupun cinta. Begitupun pahit dan derita.
Begitupun setiap kegamangan yang menggurita. Paling-paling, aku hanya merasakan
sedikit sakit hati apabila cacian dan makian dilontarkan bebas biadab, juga
pada saat patah hati ketika yang kukira ‘rumah’ ternyata justru membuangku dan
berkata aku tiada guna ada di sana, bukan lagi siapa-siapa.
Damai.
Dasar.
Aku tak tahu apa mauku, Yang Kuasa. Lebih
mudah menalar sesuatu yang punya batasan, memang demikian adanya. Namun untuk
sekarang, aku hanya bisa diam dan menikmati jagat maha luas-Nya.
Yogyakarta, 180313.
No comments:
Post a Comment