Wednesday, January 9, 2013

Sudah Lama Sekali Sejak Layar Itu Menyala Bersama Segalanya.



Mungkin hanya satu orang di dunia ini yang begitu menekankan detail pada hierarki dalam setiap pemberitahuan yang singgah di layar mungil miliknya. Ia benar-benar rela menghabiskan--meluangkan, baginya—waktu untuk mengorganisir sedemikian rupa tingkatan tersebut, memisahkan, mengelompokkan, dan menandainya. Dengan simbol-simbol yang hanya ia sendiri mengerti.

Lambang pesan. Suara dering. Kedip warna. 

Tertinggi dari semua, ialah seseorang yang bertanda kotak dialog kecil berhias sebentuk wajah tersenyum. Tentu saja, berlatar warna cintanya, merah menyala serupa kedip warnanya. Tak hanya itu, ia menyimpannya rapat-rapat dalam lokasi khusus : sebuah kotak yang walau berdebu masih memberi rasa aman bagi pesan-pesan itu bersemayam. Entah apapun isinya. Tertutup, terkunci, tersegel. Dengan deretan angka yang hanya ia sendiri mengerti. 

...

Pertama kali layar itu menyala demikian ketika ia berada di kota lain. Mengantarkan sebentuk ucapan terima kasih. Selanjutnya, layar itu menyala demikian ketika ia berada dekat. Hanya untuk menginformasikan hal-hal yang harus dilakukan dan dipastikan. Terakhir layar itu menyala demikian sepulang ia dari tempat yang jauh. Menanyakan keberadaan seseorang yang sedang bersamanya. Memang, memang semuanya adalah pesan-pesan biasa. Namun untuknya, setiap kesempatan terlalu istimewa untuk dilewatkan. Dengan alasan yang hanya ia sendiri mengerti.

...

Sudah lama sekali sejak layar itu menyala bersama segalanya.
Dan ia tak pernah menanti. Mengharap. Atau mengawali. Agar nyalanya kembali lagi.

Yogyakarta, 080113.

No comments:

Post a Comment