Thursday, September 18, 2008

Menyerah.

lihatlah padaku di sini
nafasku lelah berlari di jalan tak bertepi
peluhku telah putus asa
sisa teriak yang kini ada
hanya bergaung dalam hampa

aku tak dapat membaca matamu
tak bisa lagi meraba hatimu
mendengarkan rasamu

air mata tak henti meratap
seketika aku berhenti berharap

bilakah langkahku meletih
akan kujalani takdirku dengan putih.

Sepertinya rasa ini hampir berakhir.
Sragen, 170908.



Saturday, September 6, 2008

Ia.

Tidakkah ia rasa
apa yang terjadi di sebuah kala
mengukir kisah suatu masa

serasa ilusi dedaunan bergoyang
semerbak angin membayang
basuh hati nan kerontang

ia adalah nafas antara
di tiap tawa, tangisku
berdoa hanya hujan yang kunanti tak akan pernah berhenti

aku hanya bisa diam menunggu
dengan setumpuk tapi
pula seribu kalau
saat langit meragukan inginku dalam cerah mentari

sejujurnya aku berharap...

Mantingan, 050908.

Tuesday, August 5, 2008

Tak Berarti.

Aku bukanlah suatu waktu
di waktu kini pun masa lalu
yang berlalu dalam lupa dan luka
terluka lewat goresan pisau darah
mendarah daging merasuk tiada pergi hingga hari ini.

Inikah hal kuinginkan terjadi
menjadi badai abu yang kabur sembunyikan diri
berdiri tanpa punya asa maupun rasa hati
hati-hatilah berada antara raguku
ragu yang lama terkubur di bawah sepi renungan batu.

Sragen, 040808.

Wednesday, July 16, 2008

Cerita Sang (Bukan) Malaikat.

Aku (bukan) malaikat. Yang bersayap utuh. Keduanya mulus terentang. Tapi aku tak dapat terbang, seluas apapun aku membentangkannya. Sekeras apapun aku berusaha mengepakkannya.

Aku tak pernah meminta sayap yang lebih indah. Aku tak meminta yang lebih kuat. Aku hanya tak tahu bagaimana caranya terbang. Meraih bintang.

Ketika aku tak tahu bagaimana lagi caranya berharap.
Ketika sesal menyelimuti doa yang kuberikan.
Ketika senyum bahagia kupaksakan tampak walau aku menangis dalam hati.

Sragen, 150708.

Monday, July 14, 2008

Dua Sisi.

Aku hanya diam terpaku saat kegelapan memaksaku mengikuti jalannya
Pun ketika terang membimbing langkahku menuju cahaya

Sejauh kilau bintang terbentang di luar angkasa
Aku hanya akan berdiri di antara dua sisi dunia
              
Gulita dan benderang
Manakah yang kaupilih sebagai jalan kehidupan

Mantingan, 130708.

Tuesday, June 3, 2008

Kesendirian.

Embun itu bergulir sunyi dalam keremangan mentari
Burung-burung berkicau sepi
Seolah tanpa menyadari seorang gadis bermuram diri di tepian pagi

Ia menyendiri
Berusaha bernyanyi, mencoba menari
Tapi tiada yang peduli

Dan ia, kuakui dengan segala sumpah suci
Kemudian berhenti menjejak bumi

Mantingan, 020608.

Friday, March 28, 2008

Mataku.

saat dunia tak secerah biasa
semua berkabut
buram, suram, kelam
mengabur dan kabur dari mataku

saat dunia tak secerah biasa
keindahannya lenyap
tak dapat kuungkap
hanya asap, awan gelap di mataku

saat dunia tak secerah biasa
tiada satupun jelas, menjelaskan
tidak diam pun dekat
bahkan menjauh
semakin tak terlihat dari mataku

Sragen, 270308

Saturday, March 1, 2008

Aku.

“Aku tak percaya lagi, pada apa yang kau beri
Aku terdampar di sini, tersurut menunggu mati...”

bagai batu karang di tepi laut.
Terlihat tegar, gagah, kuat.
Namun apa daya bila ucap Tuhan berkata akhirnya.
Harus jatuh dan terkikis, hancur pada ujung nyawanya.
Dihempas gelombang pasang, tergulung panas angin padang pasir.

“...Aku tak percaya lagi, akan guna matahari
Yang dulu mampu terangi sudut gelap hati ini...”

Aku tak menyalahkan terik matahari
hujan badai
kobar api
bumi

“...Aku berhenti berharap, dan menunggu datang gelap
Sampai nanti suatu saat, tak ada cinta kudapat...’

Aku hanya peluh, hanya semua ragu
hanya rapuh, hanya selepas teriak
lelah yang hilang ditelan malam, tak tahu di mana bunga
Aku hanya seujung tiupan debu
Tak berarti
Tak peduli

“...Kenapa ada derita, bila bahagia tercipta
Kenapa ada Sang Hitam, bila putih menyenangkan...”

Percuma melawan kenyataan bahwaku hanya pengganggu keseimbangan dunia

“...Aku pulang, tanpa dendam
Kuterima kekalahanku
Aku pulang, tanpa dendam
Kusalutkan kemenanganmu...”

Nanti bila aku pergi,
Maukan angin terbangkan kabarnya
Mampukah awan tunjukkan sedihnya
Untuk kau dengar, kau rasa, kau sesalkan, kau tangisi
Ataukah akan begitu
Tidak seorang pun tahu jika yang kau lakukan kemudian adalah tertawa, meludah, menghina
Apapun itu,
namun jangan lupakan fakta tak berharga : itu aku
Karena itu aku

“...Kau ajarkan aku bahagia, kau ajarkan aku derita
Kau tunjukkan aku bahagia, kau tunjukkan aku derita
Kau berikan aku bahagia, kau berikan aku derita...”


Mantingan, 290208.
Lirik lagu ‘Berhenti Berharap’-SHEILA ON 7

Tuesday, February 19, 2008

Tegar.

Tetes-tetes air tak lepas menerpanya seolah enggan berhenti
pun kejam terik mentari
apalagi jika hanya gurau badai topan
atau bisikan kegelapan
atau deraan tuduhan nan menyakitkan

Saat jerita tangis membelah malam dan sembilu
terasa sakit menyayat hati kecilnya
ia ingin teriak, ingin meraung,
ingin mencabik, ingin menghancurkan,
kusadari ternyata ia muak, lelah dengan semua
ia ingin lepas
ia ingin bebas
namun ia terbata, tak sanggup berkata-kata

Tampak seolah ia menyerah
tapi kulihat jiwanya yang tegar
kupandang hatinya yang teguh
menantang semua tak ubahnya seperti angin lalu

Dan iapun hanya bergeming
tetap berdiri tegak dalam hening

Sragen, 180208.