Lelaki 1.
Lima tahun, ia menjadi rekanku untuk berkarya. Tujuh tahun,
ia memberiku liontin dan surat yang ditulis oleh kakaknya. Delapan tahun, aku
meninju wajahnya hingga berdarah-darah. Sepuluh tahun, ia mengirim surat lagi,
menuduh aku lebih suka seseorang yang menjemputku sepulang sekolah, padahal
orang itu sepupuku. Dua belas tahun, ia menjadi pesaing dari kelas sebelah.
Tiga belas tahun, ia mengirim surat lagi beserta foto hitam putihnya tepat di
hari jadinya, memintaku menjadi hadiah untuknya.
Lelaki 2.
Kakak seorang kawan. Setiap kali aku melewati rumahnya,
mencari-cari sosoknya yang sulit ditemukan. Tentu saja, jarak usia yang lebar
membuatnya telah pergi ke kota untuk belajar saat itu. Terakhir kali berpapasan
di sebuah bus, ia membawa serta istri dan seorang putri yang cantik.
Lelaki 3.
Mendekat hanya untuk meraih seseorang lain.
Lelaki 4.
Kakak seorang kawan (lagi). Enam bulan berkomunikasi maya,
tak saling sapa di dunia nyata. Bersama hujan sore itu, uluran tanganku yang
ditolaknya membatu bersama luka yang belum luruh untuk enam tahun kemudian.
Saat ini ia tinggal di Jepang. Dan oh, kawanku itu sangat terkenal karena
pernikahan dan kehamilannya di usia mahasiswa.
Lelaki 5.
Pertama kali aku jatuh dan berpuisi karenanya, spesies
gentleman yang langka untuk usia lima belas. Sangat pendiam, tanpa ekspresi.
Semua berubah untuk saat ini, ketika kami akhirnya bertemu kembali. Ceria dan
menyenangkan. Sudah hidup mandiri selagi kuliah, dengan penghasilan dan
pengaturan finansial sendiri yang sangat baik.
Lelaki 6.
Sejujurnya aku tidak paham bagaimana awal segala sesuatu
dengannya. Singkat. Hanya saja, semua berakhir ketika kukirimkan jaket biru dari
tempat tinggalku yang baru.
Lelaki 7.
Pertama kali merasa memiliki dan dimiliki, menerabas
peraturan yang tidak memperbolehkan adanya pasangan dalam organisasi. Pada
akhirnya organisasi itu menendangku keluar, satu hal yang tidak bisa dilakukan
terhadapnya. Tentu saja, ia petinggi di sana. Selesai setelah dua puluh satu
bulan.
Lelaki 8.
Menjadi pengingat untuk Lelaki 4 karena lingkungan pembentuk
mereka sama, kerohanian. Aku menjadi adik baginya, dengan panggilan Oniichan.
Ia sendiri menyimpan rasa pada rekan seangkatannya, yang, masalahnya, sudah
dimiliki orang.
Lelaki 9.
Rekan sepermainan Lelaki 8, seseorang yang membukakan mataku
akan purnama merah dan serigala-serigala malam. Segala sesuatunya terjadi
seperti kilat, begitu cepat. Tiga minggu setelah Lelaki 7. Berakhir dalam empat
belas bulan.
Lelaki 10.
Seseorang di balik sebagian besar tulisanku. Sosok dingin
dengan dunia miliknya sendiri, yang kusimpan setiap kepingnya di tempat
rahasia. Seseorang yang kudoakan selalu agar suatu saat, ia bisa berbicara dan tertawa lebih lepas.
Lelaki 11.
Menelan garis waktu, detik demi detik sampai terasa dua
tahun mencari tahu dan berusaha mengenal. Membumbungkan tinggi lalu menjatuhkan
dengan telak. Kalau ada perbedaan yang sangat besar mulai dari cara pandang,
prinsip, sampai agama, itulah kami. Tidak akan pernah menjadi kita.
Lelaki 12.
Menjadikan dunia salah kaprah menyangka semua, lelah
menjelaskan kebenaran. Menjadi teman nyaris 24/7, tempat masing-masing kami
meruahkan pandangan terhadap lain dunia. Akan tetapi, aku sangat ingin
menghentikan usahanya berharap. Aku tak ingin diharapkan.
Lelaki 13.
Entah siapa lagi, aku belum memiliki satupun cerita trepatri
tentangnya. Jika ada. Jika tidak, ya tak apa.
Yogyakarta, 021114.
No comments:
Post a Comment