Sunday, February 23, 2014

Sekilas Tentang Kelud #2.


(lanjutan)

Jangan lupakan fakta bahwa Fluxus alias Ucus, motor kesayanganku, aku tinggalkan di kampus selama liburan. Yap, dua minggu. Terbayang tidak kemungkinan starter-nya ngadat, atau ban kempes, atau mungkin hilang. Sejujurnya kemungkinan terakhir kucoret. Sudah sejak lama aku sering menitipkan motor di kampus. Menurutku aman. Selain jalan keluar-masuk hanya satu dan dijaga 24/7, ada teman-teman Palapsi yang setiap hari pergi ke sekret dan bisa dimintai tolong untuk mengecek keberadaan si merah nan ramping ini.

Nah, starter ngadat adalah salah satu masalah yang  sangat mungkin muncul. Pertama, Ucus memang sering ngadat. Umurnya baru setahun saja sudah pernah mengalami ganti aki. Pernah suatu ketika, selesai diservis, tiga hari kemudian dia macet di tengah jalan dan tidak hidup juga ketika di-starter belakang. Setelahnya baru ketahuan kalau bensinnya habis, dan justru bensin meter-nya yang ngawur. Kedua, aku meninggalkan Ucus cukup lama. seminggu FUD ke Bali, sehari kemudian aku langsung pulang kampung ke rumah untuk liburan selama dua minggu. Praktis, ia hanya sempat terpakai sehari.

Kemudiaaan, semua berubah ketika negara abu menyerang. Abu kelud men! Sungguh tak terbayangkan seperti apa rupa Ucus yang berselimut abu. Dekil. Kotor. Tambahan ada bocoran dari Lina bahwa bentuknya memang sudah tak karuan, duh. hal inilah yang membuatku menunda-nunda acara mengambil Ucus dari parkiran. Malu kalau ketahuan, hehehe.

Ternyata memang benar, Ucus nyaris tak bisa dikenali karena warnanya berubah drastis menjadi kelabu. Abu dan debu yang melekat cukup tebal sampai membuatku cukup merasa bersalah telah meninggalkannya di situ dan (bisa jadi) menjadi obyek cercaan orang-orang yang melihatnya selama ini. Kuputuskan, Selasa malam itu, Ucus harus pulang!

Untuk berjaga-jaga kalau starter-nya ngadat, aku meminta Ophil membantuku mengurus Ucus malam itu. Ternyata starter Ucus tidak masalah, hanya saja ban depan-belakang kempes plus spion kiri hampir lepas karena longgar. Dengan sedikit usaha mengelap permukaan Ucus, ia menjadi sedikit lebih layak dinaiki. Untung malam sih ya, tidak akan ada banyak orang yang sadar. Masalahnya, aku dan Ophil sudah jadi ikut berdebu di segala titik plus bersin-bersin gegara misi penyelamatan (dan pembersihan) Ucus itu.

Keesokan harinya Ucus masuk salon cuci motor, dengan pandangan heran mas yang nyuci. Mungkin ia berpikir kok sudah beberapa hari berlalu masih ada motor yang sekotor ini gitu ya. Entahlah. Pokoknya, hari itu Ucus sudah kembali cling seperti semula!

No comments:

Post a Comment