“Jangan menyulut Sabtuku!”
isaknya, bergelut dengan tamparan cela tapi
kertas kesayangannya dirobek, diludahi,
dilenyapkan.
“Aku mau mendung!”
sambil menendang api unggun tanpa kayu,
teriak, tangannya terbakar umpatan
sepanjang labirin.
Kilatan peristiwa membahanakan cemas,
curiga meledak-ledak dan kalau saja
orang-orang itu bersedia sedikit mendongak,
mereka akan lihat derak tanah menjulangi
pilar-pilar runtuh, berkebalikan. Waktu
berdekut semisal langit mau ditumpahkan:
rapuh, retak berserpih-serpih.
Angkasa membanting sungai asam
ke kubangan lumpur.
PIO.
Ide awal ditulis di Kaliurang, Workshop Jurnalistik Psikomedia, 161113.
Yogyakarta, 251113.
No comments:
Post a Comment