Sunday, November 3, 2013

8616.

Teruntuk
Dari geladak menantang mata badai,
samudera tak bisa tenang barang sejenak.
Bahkan, ketika kusaksikan kamu berdiri di
haluan kapal seberang.

Lelaki
Kalimat “Mengapa harus takut?”-mu itu
tanpa sadar akan
membawa diriku terus melangkah
sampai lelah; sampai aku ambruk di hadapanmu.

Bermata
Walau sudah terbujur kaku pun kamu
tidak akan merasa, dan
masih menganggap segala sesuatu bergulir
seperti biasa adanya.

Jingga,
Hai.
Air menderu deras di hariku ini.
Dari jeram sampai hujan sampai tujuan.
Lalu, kapan giliran kita,
mengalir?

tahukah
Tidak meninggi, tidak jauh, tidak ke mana-mana.
Atau membentur dinding lagi, berulang-ulang.

kamu
Kembali ke kopi, pahit yang menimbulkan adiksi.
Kamu?
Ah, kamu sudah menemukan pengganti.

tentang semua?
Aku harus menulismu malam ini.
Selagi gelap.
Esok pagi pasti berkaca-kaca:
ia bangun dan mendapatimu tak lagi mengisi cerita.


Ditulis sepanjang Oktober.
Bulanmu sudah berlalu, tetapi delapan waktu sebelumnya, ia tak pernah akan melupakan bagaimana rasa sebuah mula.

Dan ya, aku sayang kamu.

Yogyakarta, 031113.

2 comments: