Thursday, October 3, 2013

Bajingan.

#1
Aku tidak bermaksud mengotori mulutku atau tulisanku dengan sumpah serapah, sungguh. Ini ruangku. Ada orang-orang yang sekarang bisa benar-benar kupercaya, dan ada yang busuk.

#2
Di kotak besar tempatku telah genap setahun bernaung ini, ya, mereka menyimpan cela cerita yang berbisa. Mencecar di balik senyuman bibir-bibir bernada merdu semu. Dan rumahku kini bukan rumahku, tentu saja, ketika manusia-manusianya palsu. Merajam dari balik pintu dan meludahiku.

#3
“Ada apa sebenarnya?”
“Kamu tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu?”

#4
Ada sebuah kisah lalu. Sepulang dari sebuah perjalanan bersama ke pulau sebentuk huruf, alkisah timbul kedekatan antara tiga orang sahabat. Mereka bertiga saling menyapa di dunia maya. Namun, rupanya, kedekatan itu salah, sangat salah, di mata beberapa orang ini. Sang lelaki diibaratkan sebagai suami berpoligami, dua lainnya adalah yang ia peristri. Dan aku mereka tempeli ‘status’: istri kedua.

#5
“Coba pikir, apa gunanya mereka memaksaku masuk dalam struktur itu kalau nyatanya mereka tidak menyukaiku sedari awal? Aku mengalah, tapi akhirnya terkalahkan. Aku diam, aku tidak peduli, namun lama kelamaan justru terbiasa, padahal perkataan dan tindakan mereka semena-mena. Aku ingin pergi.”

#6
Notulen? Ia memang pahit, brengsek. Tapi ia bukan orang ketiga yang tersingkir: ia seseorang yang mereka inginkan sebagai manusia ketiga! Kalau tidak tahu, tutup mulutmu! Sudah cukup racun di pikiran bencimu sendiri.

#7
Selamat pagi, Mbak Wati. Selamat siang, Iruka. Selamat sore, pantai karang. Selamat malam, angin dingin. Terima kasih telah mengingatkanku pada mula cintaku di peluk kalian. Bahwa di sini, pernah ada keluarga yang kupunya. Satu per satu mereka menemukan kehidupan baru, dan datanglah malapetaka. Apa yang kuinginkan di masa kemarin bukan manusia-manusia jahanam ini. Sia-sialah aku mencari bayanganmu, ia sudah disergap kelabu.

Tak apa, aku masih memiliki genggaman yang semakin kuat untuk terus melawan gravitasi, menelisik rekahan, menggores bebatuan, mencari lubang: menjadi penari perkasa di tengah ketinggian. Menerjemahkan ‘tidak pernah menyerah’ dengan caraku sendiri.

Di Tebing, aku hidup.

#8
“Kok kamu bisa deket sama Lala sih? Kan dia banyak yang nggak suka.”

#9
Peduli setan, setan tak peduli, setan sudah berhasil mengipasi nafsu binatang yang duduk manis di logika kalian.

#10
Karena ‘cukup tahu’ dimulai dari ‘cuk’. Benar?


Aku mencintai kotak ini, bukan kalian.
Yogyakarta, 031013.

2 comments:

  1. hei hei laaa. Never Give Up ya! :) ada saatnya ketika mereka merasakan apa yang mereka bicarakan. #telatbaca

    ReplyDelete
  2. maaf kalo mungkin aku salah satu orang yang membuatmu gak nyaman di kotak itu.. tapi tetep kamu satu-satunya Lala, gak akan ada yang bisa gantiin Lala <3
    NGU!!

    ReplyDelete