#1
Aku tidak bermaksud mengotori mulutku atau
tulisanku dengan sumpah serapah, sungguh. Ini ruangku. Ada orang-orang yang
sekarang bisa benar-benar kupercaya, dan ada yang busuk.
#2
Di kotak besar tempatku telah genap setahun
bernaung ini, ya, mereka menyimpan
cela cerita yang berbisa. Mencecar di balik senyuman bibir-bibir bernada merdu
semu. Dan rumahku kini bukan rumahku, tentu saja, ketika manusia-manusianya
palsu. Merajam dari balik pintu dan meludahiku.
#3
“Ada apa sebenarnya?”
“Kamu tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu?”
#4
Ada sebuah kisah lalu. Sepulang dari sebuah
perjalanan bersama ke pulau sebentuk huruf, alkisah timbul kedekatan antara
tiga orang sahabat. Mereka bertiga saling menyapa di dunia maya. Namun,
rupanya, kedekatan itu salah, sangat salah, di mata beberapa orang ini. Sang
lelaki diibaratkan sebagai suami berpoligami, dua lainnya adalah yang ia
peristri. Dan aku mereka tempeli ‘status’: istri kedua.
#5
“Coba pikir, apa gunanya mereka memaksaku
masuk dalam struktur itu kalau nyatanya mereka tidak menyukaiku sedari awal?
Aku mengalah, tapi akhirnya terkalahkan. Aku diam, aku tidak peduli, namun lama
kelamaan justru terbiasa, padahal perkataan dan tindakan mereka semena-mena.
Aku ingin pergi.”
#6
Notulen? Ia memang pahit, brengsek. Tapi ia
bukan orang ketiga yang tersingkir: ia seseorang yang mereka inginkan sebagai
manusia ketiga! Kalau tidak tahu, tutup mulutmu! Sudah cukup racun di pikiran
bencimu sendiri.
#7
Selamat pagi, Mbak Wati. Selamat siang, Iruka.
Selamat sore, pantai karang. Selamat malam, angin dingin. Terima kasih telah
mengingatkanku pada mula cintaku di peluk kalian. Bahwa di sini, pernah ada
keluarga yang kupunya. Satu per satu mereka menemukan kehidupan baru, dan
datanglah malapetaka. Apa yang kuinginkan di masa kemarin bukan manusia-manusia
jahanam ini. Sia-sialah aku mencari bayanganmu, ia sudah disergap kelabu.
Tak apa, aku masih memiliki genggaman yang
semakin kuat untuk terus melawan gravitasi, menelisik rekahan, menggores
bebatuan, mencari lubang: menjadi penari perkasa di tengah ketinggian.
Menerjemahkan ‘tidak pernah menyerah’ dengan caraku sendiri.
Di Tebing, aku hidup.
#8
“Kok kamu bisa deket sama Lala sih? Kan dia
banyak yang nggak suka.”
#9
Peduli setan, setan tak peduli, setan sudah
berhasil mengipasi nafsu binatang yang duduk manis di logika kalian.
#10
Karena ‘cukup tahu’ dimulai dari ‘cuk’. Benar?
Aku mencintai kotak ini, bukan kalian.
Yogyakarta, 031013.
hei hei laaa. Never Give Up ya! :) ada saatnya ketika mereka merasakan apa yang mereka bicarakan. #telatbaca
ReplyDeletemaaf kalo mungkin aku salah satu orang yang membuatmu gak nyaman di kotak itu.. tapi tetep kamu satu-satunya Lala, gak akan ada yang bisa gantiin Lala <3
ReplyDeleteNGU!!