Konsepsi mengenai pihak mana yang menyandang nama 'alien' dan pihak mana yang seharusnya bertitel demikian, kadang-kadang rancu. Dan kabur, tentu saja.
Bayangkan.
Suatu waktu kamu adalah astronot. Bersiap dengan roket yang berasap dari sakumu. Pergi ke luar angkasa. Selagi melayang-layang di luar orbit planet mana pun, kamu bertemu makhluk asing. Hal pertama yang kamu lakukan mungkin hanya satu: mengabarkan pada ibu pertiwi bahwa kamu baru saja bertemu alien.
Alien.
Bagaimana kamu menerjemahkan kata tersebut? Makhluk berkepala besar dengan mata penuh nyala, penghuni semesta penuh tanda tanya, berkendara piring terbang ke penjuru dunia. Asing. Berbeda. Akan tetapi, benarkah demikian?
Bukankah dengan posisi begitu kamu-lah sang alien? Bagi penduduk angkasa itu, kamu sendiri juga merupakan makhluk asing nan berbeda, yang tahu-tahu datang dalam kehidupan galaktis mereka. Iya, kan?
Tahu tidak?
Aku belum pernah menjadi astronot. Sempat berpikir ke arah sana pun tidak. Namun, beberapa minggu lalu semestaku kedatangan makhluk asing. Dia berasal dari bumi, tapi aku tidak terlalu yakin. Dia berbeda dan membuat galaksiku ikut berubah seiring kehadirannya. Dia menyusup ke otakku dan mengacaukan semua jaringannya. Dia mengajakku terbang melalui kalimat-kalimatnya. Dia menguasai mesin waktu dan menciptakan relativitas di setiap pertemuan.
Menurutku, dia alien.
Sayangnya, semua orang menuntutku untuk tetap menyebutnya astronot. Baiklah. Akhirnya, kata itulah yang kupakai untuk mengucapkan salam perpisahan sesaat sebelum ia selesai menunaikan tugas dan kembali ke planetnya yang hijau.
"Good night, Mr. Astronaut. Have a safe flight to your dreams..."
Terinspirasi akun komputer Kabid Penunjang Pengurus XXVIII Palapsi, Awang Darmawan.
Ditulis dengan iringan lagu 'To The Moon'-Usher. "I've got a rocket in my pcket and I'm ready to go..."
Mantingan, 230713.
No comments:
Post a Comment