Teruntuk Malaikatku.
Halo, apa kabar? Maaf ya, pertanyaannya retorik, padahal tanpa bertanya pun aku bisa menjawab dengan pasti seperti apa keeadaanmu. Ya iyalah, orang kita bertemu setiap hari. Apalagi, intensitas itu meningkat drastis setelah adegan terombang-ambing bersama selama sepuluh hari. Hahaha. Itu dii luar fakta bahwa kita saling mengenal sejak awal, dan makin lama mendekat karena kesamaan frekuensi. Ya, kamu satu dari sedikit orang-orang yang sesudut pandang denganku.
I used to think that yo're an angel for real. Honestly. Siapa pula yang tidak berpikir demikian. Kamu adalah satu-satunya orang dengan image tersempurna. Seolah tanpa cacat. Apapun yang melekat di kamu itu baik, yang kurang baik di yang lain-lain saja. Maka dari itu aku menjulukimu malaikat.
Tidak hanya itu, kamu juga punya paras yang membuat siapapun menengok dua kali. Ini bukan cuma menurutku lho, tapi semua orang agaknya akan berpendapat sejenis. Bukan tipe cantik yang 'wah', lebih ke cantik yang manis dan membumi. Masih available untuk dijangkau lah.
Belum faktor-faktor lain sperti ibadahmu, kecerdasanmu, kejagoanmu menulis rentetan lamaran... Kemampuanmu memainkan melodi juga menjadi nilai tambah. Tidak heran banyak sekali lelaki di luar sana yang bersedia mengantre demi kamu. Sungguh.
Namun, suatu ketika aku mendengar selentingan kalau kamu bukan selalu se-malaikat yang orang tahu. Awalnya aku ragu, eh ternyata memang benar, hahaha. Sometimes sikapmu bisa jadi menyebalkan juga untuk sebagian orang, terutama mereka yang sudah sangat mengenalmu atau sering berkegiatan denganmu. Seperti istilahmu, "Manusiawi itu."
Aku ingat ketika kamu menemani saat sendiriku di sebuah P bagian utara. Tahu-tahu kamu minta maaf karena belakangan muncul suatu berita yang membuatmu merasa tidak enak terhadapku. Waktu itu aku menanggapinya biasa saja. Tidak ada yang salah dengan seseorang yang sedang jatuh cinta, kan. Dan tidak salah juga orang yang ternyata dicintainya. Why apologizing?
Aku ingat saat kamu bercerita tentang seseorang lain lagi, yang menyukaimu sejak awal kuliah. Betapa besar perhatian dia terhadapmu, betapa banyak tindakan yang pernah dia lakukan untukmu. Dan kamu justru bingung bagaimana harus menanggapi tanpa perlu membalas semuanya dengan perasaan yang sama.
Aku ingat saat ada orang-orang yang sepertinya sulit mengubah kebiasaan untuk meninggalkan sesuatu, lalu berubah menjadi mau melakukan hal tersebut karena kamu yang meminta. That was the sweetest thing you did, actually.
Kemudian aku ingat betapa semua orang selalu excited kalau berkenalan denganmu. Tahu-tahu ada yang menggombal, tahu-tahu ada yang rajin mengontak. Kamu pusing, bingung harus bagaimana menghadapi mereka.
Aku ingat, kamu pernah bilang, tidak ingin pacaran lagi karena kamu memutuskan rasanya kurang menyenangkan. Cukup sekali saja, seseorang di masa putih abu-abumu itu. Well, sekarang sepertinya ada hal yang membuatmu galau karena tetiba ada seseorang yang setelah kamu kenal lebih jauh, ternyata punya persamaan super spesifik dengan sang mantan.
Aku ingat dengan keherananmu yang luar biasa tentang kekeraskepalaanku untuk mempertahankan perasaanku kepada seseorang. Aku ingat bahwa kamu tidak terlalu peduli dengan pendapat orang. Aku ingat kamu sering memuji tulisanku dan malas memberikan saran.
Whatever.
Dan serupa dengan tulisanku di bindermu, you don't have to feel sorry at all. Just keep the angel in you.
Milions of love,
A Wild Rose.
Yogyakarta, 150713.
kisah hidup terasa sangat bermakna sekali jika tertuang dalam tulisan :)
ReplyDeletesalam kenal