Aku tak lagi marah pada asap.
Sandang pakai empat kali lagi.
Masih berupa kata buruk.
Dan terpejam, selarut malam yang sanggup
dikayuh.
Masih tertata, masih terlihat.
Melengkungkan senyum bicara pada semesta.
Dalam sekian-sekian itu, alasan asal yang
dikemas apik, atau produk dari toleransi yang kelewatan, bukankah sesuatu yang jemari mana pun bisa
tuliskan?
Yogyakarta, 200613.
No comments:
Post a Comment