Sunday, February 3, 2013

Unidentified Feeling Object.

Surat terbuka lagi, mungkin?
Aku memang manusia acak.

Hai.
Sudah seminggu rupanya sejak aku terbangun di kamar tamu rumah Bude di Kota Pahlawan, dengan posisi tengkurap sembari memeluk bantal. Air mata di sudut mata mengering hasil kebiasaan menangis tanpa sadar selagi tidur, menyisakan kotoran kecil-kecil yang kalau dikucek begitu saja terasa pedih. Headset separuh terpasang di telinga kiri sementara fasilitas pemutar musik di telepon genggam memperdengarkan berulang-ulang lagu yang sama, Wrap My Words Around You milik Daniel Bedingfield. 

Dalam kondisi lupa segalanya. Bukan amnesia biasa, karena yang kulupakan adalah kau.

Bukan, bukan berarti aku seratus persen melupakan segalanya tentangmu. Hm, mungkin,lebih tepatnya, melupakan perasaanku padamu. Akan tetapi, entah, mendadak wajahmu, suaramu, kebiasaan-kebiasaan kecilmu juga ikut tak bisa kupanggil kembali. Rasanya luas. Lega. Kosong. Padahal malam sebelumnya sesak itu masih terasa padat merayap.

Aku sembuh!

Kalau boleh jujur, sampai sekarang ya, aku masih tidak mengerti sebenarnya perasaan-perasaan yang kemarin berkecamuk itu apa. Kagum? Mungkin, aku mengakuinya dalam banyak kesempatan. Tapi kekagumanku adalah sesuatu yang terlalu biasa. Sayang? Tidak juga, walaupun aku selalu ingin menjadikanmu kakak dalam tatanan silsilah keluarga imajiner di otakku. Mustahil. Cinta? Jelas bukan. Aku kenal bagaimana orang-orang mendefinisikan dan menjalani cinta. Bagaimanapun bentuk dan rupanya, bukan seperti ini. Aku juga tidak tahu mengapa aku menyebutnya sembuh. Sebelumnya aku tidak mengalami rasa sakit yang hebat juga, paling hanya sesak. Oh ya, keseharian dan lingkungan membuatnya semakin tumpang-tindih. Apalagi dengan banyaknya orang di sekitarku yang selalu menghubung-hubungkanku denganmu. dalam niatan bercanda, asli salah paham karena perbedaan persepsi dan sudut pandang, atau sekadar menebak-nebak saja. 

Lantas apa? Entahlah. Yang pasti, perasaan ini rumit. Sulit dikenali. Maka aku memutuskan untuk menamakannya UFO : Unidentified Feeling Object.

Tahu tidak? Meskipun demikian, masih banyak hal tentangmu yang tanpa sadar kulakukan secara otomatis. Begitu terhubung dengan koneksi internet, misalnya. Jemariku yang terlanjur fasih pasti akan segera mengetikkan alamatmu tanpa berpikir lagi. Setiap membuka lembaran aplikasi pengolah kata di netbook merah butut kesayanganku, aku selalu berpikir untuk menulis sesuatu yang kelak layak dibaca khalayak seperti milikmu. Saat membongkar pasang media belajarku menulis ini, apalagi. Ia sendiri tak akan ada jika tidak diawali dengan... ah, itulah. Hahaha. Belum lagi bandul di kalung yang kukenakan setiap hari, kebetulan berbentuk sama dengan hurufmu.

Intinya, aku telah melalui sebuah fase dan memulai lagi tanpa pernah benar-benar melupakan dan mengerti. Lagipula, aku sendiri masih dihinggapi keengganan yang amat sangat luar biasa seandainya ada orang lain yang menyarankanku untuk menghapus jejak senyummu di semua lahan yang aku punya.  Pernah ada, tentu saja, tapi aku terlalu sayang untuk mengganti pemandangan-pemandangan yang senantiasa bisa menimbulkan semangat itu.

Ah, sudahlah. Sebelum aku meracau lebih kacau.

P.S. :
Mempertimbangkan bayangmu yang terus melekat, aku curiga. Jangan-jangan kau memang anak Aphrodite.

Akhirnya aku berhasil membuat anagram pertamaku, THE NINE REEL BOX, bersamaan dengan selesainya tulisan ini.


Tulisan pertama yang langsung diketik pada halaman posting baru.
Tiga jam.
Mempertimbangkan untuk menulisnya atau tidak saja membutuhkan perdebatan panjang.
Mantingan, 030213.


No comments:

Post a Comment