“Manusia yang sedang dilanda
cinta adalah makhluk konyol,” hipotesisnya refleks ketika melihat banyak sejoli
berduaan, di antara rerimbunan pohon teh. Di satu tempat yang dingin, tinggi,
dan kami bisa melihat apa-apa yang dilakukan para sejoli itu diam-diam di bawah
sana, di balik hamparan kebun teh ini. Berteman cokelat panas dalam termos dan
donat.
Aku tertawa. Sepertinya hawa
sejuk sudah mengontaminasi otaknya yang memang sedang butuh penghiburan atas
kemurungannya akhir-akhir ini. Entah mengapa.
“Lalu?”
“Kau tahu, mereka akan terus-menerus
menuliskan nama satu sama lain dengan frekuensi yang tidak masuk akal. Dalam
bentuk-bentuk yang aneh pula, menurutku. Goresan di pohon, ukiran di meja, di
balik setiap potret yang mereka simpan. Status Facebook, mention
Twitter. Atau, mungkin dalam buku harian, memo di telepon genggam mereka...”
katanya cepat, seolah gagasan itu sudah sekian lama terpendam dan tak sabar
untuk dikeluarkan.
Kurapatkan jaketku sambil
memandang sekilas mentari, yang dengan baik hati mengusir mendung hari-hari
kemarin. “Kau sendiri bagaimana? Kalau kau melakukannya juga, berarti sama saja
kau mengemukakan kekonyolanmu sendiri. Tak ada bedanya dengan mereka-mereka
yang barusan kau sebut itu. Atau memang demikian?”
Ia mengisi ulang cangkir cokelatnya yang sudah kosong sejak
tadi. Mereguknya sekali telan. Lama diam. Hembusan angin membuat lama itu
semakin terasa.
“Hoi?”
Ia memandang ketidaksabaranku
dengan mimik serius. “Aku adalah makhluk paling konyol sedunia. Karena, tak
sekedar seperti mereka, aku menuliskan namanya di segala tempat yang bisa.
Bukan hanya wujud nyata. Di otakku, pikiranku, perasaanku, jiwaku. Apa saja.
Bahkan aku menuliskannya tanpa jeda, tanpa jarak. Selalu dalam setiap doa. Ada
pada masing-masing detik. Dan hal itu baru aku sadari belakangan ini.”
Aku tersenyum, mencerna rentetan
kalimat barusan kemudian berbaring, menghadapkan diri pada langit.
Satu orang lagi telah menemukan
cinta pada DIA yang ada di balik segalanya. Yah, kurasa sekarang adalah masa
bulan madunya.
Semoga berlangsung selamanya.
Yogyakarta, 100113.
No comments:
Post a Comment