Monday, January 21, 2013

Menulis Kesendirianku.

Aku sering berpikir apa semuanya memang seperti ini atau AvPD telah merusak segalanya?
Aku sadar aku harus sembuh, sembuh, sembuh.
Dan aku harus melakukannya sendiri.

Aku ingat saat aku berusaha menyembuhkan diri dari kesukaanku menikmati rasa sakit.
Ketika hal yang aku pahami adalah "Rasa sakit hati selalu bisa berkurang saat fisik juga merasa sakit."
Walaupun sampai sekarang aku masih memahaminya dengan baik, tembok sudah bukan pilihanku untuk melampiaskannya.
Membenturkan diri sendiri sampai lebam dan memar di mana-mana.

Aku tak pernah lupa saat aku sadar ada empat orang bertolak belakang yang hidup dalam diriku.
Seperempat Snoozle. Pribadi kanak-kanak yang manja dan haus perhatian serta kasih sayang. Yang langsung mutung seketika jika keinginannya tak terturuti. Yang bisa menangis saat itu juga bila tak dipedulikan.
Seperempat Alex. Femme fatale satu ini sudah melibatkanku pada banyak kesulitan. Beberapa di antaranya nyaris membuatku kehilangan apa yang berharga dariku. Mempermainkan perasaan orang lain selalu jadi sesuatu yang membuatnya tertawa hidup.
Seperempat Dests D. Pembalas dendam. Gelap, tak punya hati, tak kenal takut. Sorot matanya bahkan pernah menghunjam seseorang dengan begitu sadis. Membuat wajah lelaki itu penuh darah hanya dengan sekali pukul.
Seperempat lagi diriku sendiri. Yang tak punya kendali atas mereka. Tapi lama-kelamaan aku bisa menekan mereka semua untuk patuh. Baguslah. Selesai masalah.

Kali ini aku juga harus melakukannya sendiri, kan? Bersiaplah.
Mungkin aku akan butuh seseorang yang mau mendukungku.

Akhirnya menulis lagi setelah keinginan untuk vakum menguap dalam waktu kurang dari duapuluh empat jam.
Mantingan, 210113.

10 comments:

  1. I don't know. Tapi AvPDnya beneran.

    ReplyDelete
  2. sendiri? hanya sendiri kam?bukan menutup diri..

    ReplyDelete
  3. Bedanya tipis. Dua"nya iya kok.

    ReplyDelete
  4. grow slowly. mantapkan ja langkahmu pelan2

    ReplyDelete
  5. hee..?bukanya hidup penuh perubahan.tumbuh juga bagian darinya.

    "manusia hidup tumbuh, jika berhenti tumbuh dinamakan mati"

    ReplyDelete
  6. Manusia mati bukan karena berhenti tumbuh tapi ketika berhenti berharap.
    *terus terang, ini contekan :p

    ReplyDelete
  7. ah itu juga benar kok. jangan sampai kamu ngerasain yang namanya mati dalam hidup dah.g enak.

    ReplyDelete
  8. Kayak kamu udah pernah ngrasain aja :O

    ReplyDelete