Monday, October 15, 2012

Janji (atau yang kuharap begitu).

Malam merayap turun melalui sudut senja kita. Setelah ramai meredup dan suara tertinggal.

Bukan untuk pertama kali, sebenarnya. Namun, baru kali ini aku bisa merasakan keberadaanmu. Yang hidup dari diam. Biar sedikit-sedikit saja. Tak apa.

Aku lupa apa yang telah kuceritakan. Pun dengan katamu. Ah, tidak. Aku ingat pada apa yang kau sampaikan. Sungguh. Andai kau mau membukanya lebih lagi. Kecil saja. Cukup.

Hingga sepenggal tanya terlontar akhirnya.
"Kau mau mencoba?"
"Pasti."

Tak ada abu-abu dalam jawabku. Aneh. Waktu kembali berdetik. Begitupun kalimat demi kalimat. Terasa amat perlahan. Dan aku menikmati kelambatan langka itu.

"Kau mau melihatnya?"
Aku mengangguk. "Sangat."
"Proses. Ikuti saja. Kau akan tahu."

Aku hening. Otak ini berusaha mencerna. Membantai pesimisme yang kembali bergaung. Terlalu jauh? Mungkin aku lelah menunggu dan menyerah?

Janji. Atau tidak. Atau hanya kuharap begitu. Kau kembali mengalunkan nada sepi selagi aku menerobos padang awang-awang tanpa henti. Tak terkendali.

Ketika kita mencoba bernyanyi bersama kemudian. Sudah. Kau menutupnya dengan menyulut kesunyian. Lama.

Yogyakarta, 141012.

No comments:

Post a Comment